LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
LAPANGAN
TAKSONOMI HEWAN
DISUSUN
OLEH :
NAMA : RIA AGUSTINA
NIM :
11017006
GOL/KEL : I/ 18
ASISTEN : DEWI TRI NINGSIH
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat,taufik, dan Hidayah-Nya sehingga laporan yang membahas tentang Kelimpahan
Keaneragaman dari Insecta di persawahan Piyungan dan Hewan Laut yang ada di
Pantai Baron dan Pantai Indrayanti, sebagai dasar untuk dapat mendiskripkan
ciri – ciri dan klasifikasi dari insecta dan hewan laut serta mengkomunikasikan
peran dalam kehidupan dapat terselesaikan dengan baik. Laporan ini diajukan
kepada Laboratorium Universitas Ahmad Dahlan untuk memenuhi tugas sebagai
persyaratan mengikuti ujian Responsi Taksonomi Hewan. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak
Agung Budiantoro, M.Si selaku dosen mata kuliah Taksonomi Hewan dan dosen
pembimbing Praktikum Taksonomi Hewan,yang selalu memberikan arahan dan
informasi yang berkaitan dengan praktikum Taksonomi Hewan.
2. Mbak
Dewi selaku Asissten Praktikum Lapangan Taksonomi Hewan yang selalu mendampingi
dan memberikan pengarahan tentang prosesi jalannya praktikum..
3. Orang
tua tercinta yang senantiasa memberikan Do’a dan dukunganya.
4. Teman-teman
yang telah banyak memberikan motivasi dalam penyelesaian laporan ini.
Disadari bahwa laporan ini jauh dari
sempurna,masih banyak kekuranganya.Untuk itu kritik dan saran selalu diharapkan
dari kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan
ilmu pengetahuan bagi kita semua. Aamiin ya Robbal ‘alaamiin.
Yogyakarta,16
Juni 2012
Penulis
HALAMAN PENGESAHAN
Bismillahirrohmanirrrohim...........
Laporan penelitian dengan judul Taksonomi Hewan disusun sebagai tugas akhir praktikum
Taksonomi Hewan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Telah
disetujui dan disahkan oleh asisten pembimbing pada tanggal : 16 Juni 2012
Yogyakarta,
16 Juni 2012
Mengetahui,
Asisten
pembimbing
Praktikan
(
Dewi Tri Ningsih) (
Ria Agustina )
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL …………………………………………………………….. i
KATA
PENGANTAR …………………………………………………………… ii
HALAMAN
PENGESAHAN ………………………………………………….... iii
DAFTAR
ISI …………………………………………………………….……….. iv
BAB
I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ……………………………………………………… 1
B. Permasalahan
………………………………………………………. 1
C. Tujuan
……………………………………………………….…….. 2
D. Deskripsi
Lokasi ………………………………………….……… 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
…………………………………….……… 4
BAB III. METODE
A. Alat dan
Bahan …………………………………………………… 29
B. Cara Kerja …………………………………………………..…… 30
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ……………………………………………………………… 32
B. Pembahasan
……………………………………………………… 41
BAB V. KESIMPULAN
…………………………………………………… 45
DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………………… 46
LAMPIRAN
………………………………………………………………
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keanekaragaman dan Klasifikasi Hewan atau Taksonomi Hewan
merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang
pengelompokan berdasarkan kesamaan bentuk dan fungsi
pada tubuh hewan. Tujuan klasifikasi itu sendiri adalah untuk memudahkan
mengenali jenis- jenis hewan serta memudahkan komunikasi di dalam biologi.
Klasifikasi hewan bersifat dinamis. Hal itu disebabkan beberapa kemungkinan
seperti adanya perkembangan pengetahuan tentang hewan, penggunaan karakter yang
berbeda dalam klasifikasi. Klasifikasi hewan didasarkan atas persamaan dan
perbedaan karakter tertentu pada hewan yang bersangkutan.
Fauna lebih kita kenal sebagai
dunia hewan, semua hewan yang hidup di suatu daerah atau pada zaman tertentu.
fauna lebih ditekankan pada hewan liar, sedangkan hewan yang dibudidayakan akan
diuraikan pada peternakan. Suatu daerah mempunyai ciri lingkungan tertentu yang
berpengaruh terhadap jenis dan kehidupan hewan. Indonesia mempunyai pulau-pulau
besar dan kecil yang jumlahnya lebih dari 13.000 buah, perairan yang luasnya
mencapai lebih dari tiga juta kilometer persegi, dan terletak di sekitar
khatulistiwa, merupakan tempat tinggal dari berbagai jenis fauna.
Indonesia
memiliki keanekaragaman jenis fauna yang kaya,taksiran jumlah jenis fauna
Indonesia adalah hewan mammalia ada 300 spesies,aves 7500 spesies,reptilia 2500
spesies,amfibi 1000 spesies,pisches 8500 spesies,mollusca 20.000 spesies, dan
insekta 25.000 spesies.Indonesia memiliki 420 spesies burung yang tersebar di
24 lokasi.Beberapa pulau di Indonesia memiliki jenis hewan endemik,terutama di
Pulau Sulawesi,Papua dan Kepulauan Mentawai.
.
B.
Permasalahan
Keanekaragaman fauna di sekitar areal persawahan
Piyungan,Pantai Baron dan Pantai Indrayanti masih memiliki keberagaman yang
patut di cintai dan di lestarikan.Pendataan terhadap keanekaragaman fauna
bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis fauna yang ada serta menginformasikannya
kepada masyarakat agar masyarakat tahu dan turut membantu dalam
pelestarian.Sehingga keanekaragaman dan keseimbangan hayati tetap terjaga
kelestariannya.Keanekaragaman yang cukup banyak menandakan bahwa proses rantai
makanan serta keseimbangan ekosistem terjaga.
Berbagai jenis fauna di temukan,namun ada pula fauna yang
di temukan itu tidak di temukan di wilayah lain.Hal ini menjadikan bahwa
wilayah itu memiliki kelebihan potensi alam,di mana akan menghasilkan suatu
ciri khas terhadap fauna yang di temukan.Kondisi lingkungan yang berbeda
menyebabkan ada jenis fauna yang berbeda dengan wilayah lain.Dengan hal
ini,fauna tersebut menjadi endemik.Untuk itu,praktikum ini di tujukan untuk
menanggapi hal-hal tersebut,di mana dengan melakukan identifikasi fauna di
wilayah-wilayah yang telah di tentukan dapat mengatasi permasalahan
ketidakseimbangan ekosistem di wilayah-wilayah tersebut.
C.
Tujuan
1.
Mengenal dan mengetahui jenis fauna yang terdapat di areal
Persawahan Piyungan,Pantai
Baron ,dan Pantai
Indrayanti.
2.
Mengidentifikasi
dan menetukan nama spesies berdasarkan morfologi perbandingan dari
spesimen yang di temukan.
3.
Menentukan
klasifikasi dari spesimen yang di temukan berdasarkan ciri morfologi yang di
identifikasi.
4.
Mengetahui
persamaan dan perbedaan dari satu filum dengan filum yang lain.
5.
Mampu membuat awetan dari beberapa jenis anggota masing-masing filum.
D.
Deskripsi Lokasi
Areal persawahan Desa Piyungan berlokasi di daerah
Wonosari. Kondisi bentang alam, areal persawahan yang berada agak dekat dengan
pemukiman penduduk dan jalan raya. Piyungan merupakan daaerah persawahan yang
sangat bagus, tempatnya begitu sejuk. Tempat persawahannya pun begitu luas,
tempat ini sangat cocok untuk persawahan dikarenakan tempat ini belum terkena
ataupun tercemar oleh polusi(udara,air). Pada saat praktikum lapangan kondisi
persawahan sangat baik, penuh denagn tanaman padi yang masih menghijau, kondisi
tanahnyapun sangat baik masih dialiri air sebagai sumber hidup bagi padi. Hewan
yang didapat dipersawahan piyungan dengan cuaca yang cukup panas membuat kami
sedikit kelelahan ketiak mengidentifikasi dan mengamati hewan-hewan apa saja
yang ada. Dan ternyata cukup beragam diantarannya adalah : Helmol, Insekta, Reptilia, dan Amphibi.
Pantai Baron merupakan tempat wisata turis asing
maupun turis lokal.Panorama alam
yang begitu bagus sehingga tempat ini tidak pernah sepi dikunjungi oleh para
wisatawan. Pantai ini merupakan pantai yang berada dipesisir selatan Pulau Jawa lebih tepatnya lagi
berada dikabupaten Gunung
Kidul,provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Kondisi pantai Baron
sangat cocok untuk para nelayan sehingga tidak heran para nelayan lebih banyak
terdapat dipantai Baron
dibandingkan dengan pantai yang berada disekitarnya. Selama pengamatan kami jenis hewan yang
ada dipantai Baron
adalah : Pisces (beragam jenis ikan), Mollusca ( cumi-cumi,sotong,kerang), Athropoda ( udang
dan kepiting ).
Pantai Indrayanti juga merupakan pantai yang berada di
wilayah gunung Kidul, pantai Indrayanti terletak di sebalah timur pantai
sundak. Pantai ini merupkan tempat wisata pantai baru yang belum lama ini
dikelola dan di jadikan tempat wisata alam pantai di Jogja. Mahasiswa yang
melakukan praktikum dan identifikasi hewan laut disana menemukan berbagai macam
,seperti hewan anggota Filum Porifera,Filum
Mollusca,Filum Cnidaria, dan Filum Echinodermata.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Keanekaragaman Fauna
Di Indonesia memiliki
keanekaragaman spesies yang tinggi. Tak, heran jumlah spesies kelompok utama
makhluk hidup sebagai berikut. Hewan menyusui 300 spesies burung 7.500 spesies
reptil 2000 spesies, tumbuhan biji 25.000 spesies, tumbuhan paku-pakuan 1.250
spesies, lumut 7.500 spesies, ganggang 7.800 spesies, jamur 72.000 spesies,
serta bakteri dan ganggang hijau biru 300 spesies. Beberapa pulau di Indonesia
memiliki spesies endemik. Spesies endemik inilah spesies lokal, unik, dan hanya
ditemukan di daerah atau pulau tertentu. Spesies endemik Indonesia banyak
ditemukan di Pulau Sulawesi, Papua, dan Kepulauan Mentawai (Anonim 1,2010).
Wilayah
Indonesia memiliki kekayaan fauna yang sangat beragam. Keragaman fauna ini
karena berbagai hal :
1.
Terletak
di daerah tropis, sehingga mempunyai hutan hujan tropis (trophical rain forest)
yang kaya akan tumbuhan dan hewan hutan tropis.
2.
Terletak
di antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia
3.
Merupakan
negara kepulauan, hal ini menyebabkan setiap pulau memungkinkan tumbuh dan dan
menyebarnya hewan dan tumbuhan khas tertentu sesuai dengan kondisi alamnya.
4.
Indonesia
terletak di dua kawasan persebaran fauna dunia, yaitu Australis dan Oriental
(Girsang,2010).
(Girsang,2010).
Karena
berbagai kondisi tersebutlah maka wilayah Indonesia kaya akan keanekaragaman
fauna. Berbagai jenis fauna yang meliputi :
1.
Mamalia
(lebih dari 500 jenis)
2.
Kupu-kupu
(lebih dari 100 jenis)
3.
Reptil
(lebih dari 600 jenis)
4.
Burung
(lebih dari 1.500 jenis
5.
Amfibi
(lebih dari 250 jenis)
(Girsang,2010).
(Girsang,2010).
Indonesia
itu juga memiliki keanekaragaman fauna baik di Indonesia bagian barat, tengah
dan timur akibat pengaruh keadaan alam, rintangan alam dan pergerakan hewan di
alam bebas,yaitu:
a.
Fauna
Asiatis
Wilayah = Indonesia bagian barat (sumatera, jawa, kalimantan hingga selat makassar dan selat lombok)
Hewan = badak, harimau, orangutan, gajah, dsb.
Wilayah = Indonesia bagian barat (sumatera, jawa, kalimantan hingga selat makassar dan selat lombok)
Hewan = badak, harimau, orangutan, gajah, dsb.
b.
Fauna
Peralihan dan Fauna Asli
Wilayah = Indonesia bagian tengah (sulawesi dan nusa tenggara)
Hewan = Babi rusa, kuskus, burung maleo, kera, dll.
Wilayah = Indonesia bagian tengah (sulawesi dan nusa tenggara)
Hewan = Babi rusa, kuskus, burung maleo, kera, dll.
c.
Fauna
Australis
Wilayah = Indonesia bagian timur (papua)
Binatang = Burung cendrawasih, burung kakatua, kangguru, dsb.
Wilayah = Indonesia bagian timur (papua)
Binatang = Burung cendrawasih, burung kakatua, kangguru, dsb.
Keanekaragaman fauna itu juga di setiap daerah
dipengaruhi oleh banyak hal seperti :
1. Tinggi rendah dari permukaan laut
2. Jenis tanah
3. Jenis hutan
4. Iklim
5. Pengaruh manusia, dan lain-lain
(Girsang,2010).
1. Tinggi rendah dari permukaan laut
2. Jenis tanah
3. Jenis hutan
4. Iklim
5. Pengaruh manusia, dan lain-lain
(Girsang,2010).
B.
HELMOL
Helmol adalah singkatan dari helminthes-mollusca.Dalam
bahasa yunani helminthes = cacing,cacing ini dibagi dalam dua filum yaitu
Platyhelminthes dan Nemathelminthes. Masing-masing mempunyai karakteristik dan
ciri-ciri tersendiri.
Filum Mollusca terdiri atas
lebih dari 100.000 spesies berbagai bentuk tubuh dan cara hidup. Pada filum
ini, kolom sudah tereduksi dan hanya terbatas pada daerah sekitar jantung.
Mollusca (dalam bahasa latin, molluscus = lunak) merupakan hewan yang bertubuh
lunak.Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak
bercangkang.Hewan ini tergolong triploblastik selomata (Sakinah,2012).
Ciri-ciri Mollusca:
1.
Merupakan
hewan multiselular yang tidak mempunyai tulang belakang.
2.
Habitatnya
di ait maupun darat
3.
Merupakan
hewan triploblastik selomata.
4.
Struktur
tubuhnya simetri bilateral.
5.
Tubuh
terdiri dari kaki, massa viseral, dan mantel.
6.
Memiliki
sistem syaraf berupa cincin syaraf
7.
Organ
ekskresi berupa nefridia
8.
Memiliki
radula (lidah bergigi)
9.
Hidup
secara heterotrof
10.
Reproduksi
secara seksual
( Anonim 2,2011).
Ciri
tubuh Mollusca lain meliputi ukuran, bentuk, struktur, reproduksi, sistem
peredaran darah, cara hudup dan habitat.
I.
Ukuran
dan bentuk tubuh
Ukuran
dan bentuk mollusca sangat bervariasi.Misalnya siput yang panjangnya hanya
beberapa milimeter dengan bentuk bulat telur.Namun ada yang dengan bentuk
torpedo bersayap yang panjangnya lebih dari 18 m seperti cum-cumi raksasa.
II.
Struktur
dan Fungsi tubuh
Tubuh
mollusca terdiri dari tiga bagian utama :
1. Kaki :
Merupakan penjulur bagian ventral tubuhnya yang berotot.Kaki berfungsi untuk
bergerak merayap atau menggali.Pada beberapa molluska kakinya ada yang
termodifikasi menjadi tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa.
2. Massa viseral : Adalah bagian tubuh mollusca yang lunak.Massa viseral merupakan kumpulansebagaian besar organ tubuh seperti pencernaan, ekskresi, dan reproduksi.
3. Mantel : Mantel membentuk rongga mantel yang berisi cairan.Cairan tersebut merupakan lubang insang, lubang ekskresi, dan anus.Selain itu, mantel dapat mensekresikan bahan penyusun cangkang pada mollusca bercangkang.
4. Cangkang : Cangkang ada yang sempurna, setengah tereduksi atau bahkan telah hilang sama sekali.
5. Sistem saraf : Mollusca terdiri dari cincin saraf yang nengelilingi esofagus dengan serabut saraf yang melebar.
6. Sistem pencernaan: Mollusca lengkap terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus.
7. Bagian mulut : Ada pula yang memiliki rahang dan lidah pada mollusca tertentu.Lidah bergigi yang melengkung kebelakang disebut radula.Radula berfungsi untuk melumat makanan.
8. Sistem Pernafasan: Mollusca yang hidup di air bernapas dengan insang.Sedangkan yang hidup di darat tidak memiliki insang.Pertukaran udara mollusca dilakukan di rongga mantel berpembuluh darah yang berfungsi sebagai paru-paru.Organ ekskresinya berupa seoasang nefridia yang berperan sebagai ginjal
(Sakinah,2012).
III.
Cara
Hidup dan Habitat
Mollusca
hidup secara heterotrof dengan memakan ganggang, udang, ikan ataupun sisa-sisa
organisme.Habitatnya di air tawar, di laut dan didarat.Beberapa juga ada yang
hidup sebagai parasit (Sakinah,2012).
IV.
Reproduksi
Mollusca
bereproduksi secara seksual dan masing-masing organ seksual saling terpisah
pada individu lain.Fertilisasi dilakukan secara internal dan eksternal untuk
menghasilkan telur.Telur berkembang menjadi larva dan berkembang lagi menjadi
individu dewasa (Sakinah,2012).
V.
Sistem
Peredaran Darah
Hampir
sebagaian besar moluska mempunyai sistem peeredaran darah terbuka yakni sebuah
jantung yang memompa hemolymph
melalui pembulu menuju ke hemocoel.
Darah terdifusi kembali ke jantung
dan dipompa ke seluruh tubuh kembali (Sakinah,2012).
Pembagian Filum Mollusca
1.
Gastropoda
Gastropoda (dalam bahasa latin,
gaster = perut, podos = kaki) adalah kelompok hewan yang menggunakan perut
sebagai alat gerak atau kakinya.Misalnya, siput air (Lymnaea sp.), remis
(Corbicula javanica), dan bekicot (Achatia fulica) (Sakinah,2012).
Klas
gastropoda meliputi siput, keong, dan kelinci laut. Sebagian besar hewan
tersebut hidup di air laut, beberapa saja yang hidup di air tawar dan darat.
Kebanyakan Gastropoda bersifat herbivora yang menggunakan radula untuk menggaruk makanan pada permukaan. Pada gastropoda yang
karnivora, radula digunakan untuk
membor melewati permukaan seperti cangkang kerang, untuk mendapatkan makanan.
Bagian tubuh yang berada diluar atau senantiasa dikeluarkan adalah kepala dan
kaki. Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventrel
tubuhnya.Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya dan mempunyai warna
tubuh umumnya keabuabuan atau coklat, kadang berbintik hitam, sementara pada
bagian kepala cenderung lebih terang (Sakinah,2012).
Gastropoda
darat terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek.Pada
ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan
terang.Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan
pembau.Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan Gastropoda darat
bernapas menggunakan rongga mantel (Sakinah,2012).
Salah
satu organ penting lainnya dari siput adalah operculum. Struktur operculum ini umumnya pipih, melekat
pada bagian akhir kakinya. Fungsinya untuk melindungi tubuh dengan mekanisme
membuka dan menutup seperti pintu pada bagian aperture cangkang. Ketika seluruh tubuh Gastropoda telah berada
dalam cangkang, operculum segera
menutup sehingga terhindar dari tekanan lingkungan (Sakinah,2012).
Struktur
pertumbuhan cangkang Gastropoda dimulai dari apex sampai ke aperture .
most snail shells can be thought of as elongate cones wound into a spiral by
verying degress. Perputaran cangkang ada yang searah dengan jarum jam (dextral)
dan ada yang berlawanan arah dengan jarum jam. Pola dasar ini yang membentuk
beranekaragam tipe cangkang (Sakinah,2012).
2.
Klas Pelecypoda/
Bivalvia
Pelecypoda diidentefikasikan
sebagai kerang (Anadara sp.), tiram mutiara (Pinctada margaritifera dan
Pinctada mertinsis), kerang raksasa (Tridacna sp.), dan kerang hijau (Mytilus
viridis) (Sakinah,2012).
Pelecypoda
tidak memiliki rahang atau radula.Maka makanannya berupa hewan kecil seperti
protozoa, diatom, dan sejenis lainnya.Insang Pelecypoda berbentuk lembaran
sehingga hewan ini disebut juga Lamellibranchiata (dalam bahasa latin, lamella
= lembaran, branchia = insang).Lembaran insang dalam rongga mantel menyaring
makanan dari air yang masuk kedalam rongga mantel melalui sifon (corong).Sistem
saraf Pelecypoda terdiri dari tiga pasang ganglion yang saling berhubungan.Tiga
ganglion tersebut adalah ganglion anterior, ganglion pedal, dan ganglion
posterior.Reproduksi Pelecypoda terjadi secara seksual.Organ seksual terpisah pada
masing-masing individu.Fertilisasi terjadi secara internal maupun
eksternal.Pembuahan menghasilkan zigot yang kemudian akan menjadi larva (Sakinah,2012).
Pelecypoda
memiliki ciri khas, yaitu kaki berbentuk pipih seperti kapak.Kaki Pelecypoda
dapat dijulurkan dan digunakan untuk melekat atau menggali pasir dan lumpur.
Pelecypoda ada yang hidup menetap dan membenamkan diri di dasar perairan.
Pelecypoda mampu melekat pada bebatuan, cangkang hewan lain, atau perahu karena
mensekresikan zat perekat. Pelecypoda memiliki dua buah cangkang pipih yang
setangkup sehingga disebut juga Bivalvia. Kedua cangkang pada bagian tengah
dorsal dihubungkan oleh jaringan ikat (ligamen) yang berfungsi seperti engsel
untuk membuka dan menutup cangkang dengan cara mengencangkan dan mengendurkan
otot. Otot adductor akan terlepas
jika organismenya mati, namun pelekatnya membekas pada cangkang bagian dalam
dimana sebelumnya berada (Sakinah,2012).
Cangkang
tersusun dari lapisan periostrakum, prismatik, dan nakreas. Kedua cangkang bila
bentuknya sama seperti saling bercermin disebut equivalved, jika tidak sama disebut inequivalved. Sementara itu jika bagian posterior cangkang ukuran
bentuknya sama denagn anteroir disebut equilateral
, jika beda disebut inequilateral.Permukaan
cangkang ada yang bermotif dan ada yang tidak, namun semuanya memberikan
petunjuk garis-garis pertumbuhan. Garis pertumbuhan awal dimulai pada bagian
tepi cangkang dimana keduanya bergabung pada garis hinge dan umbo yang
saling tumpung tindih pada bagian tersebut. Gigi terletak dibagian paling
atas cangkang berperan sebagai pengucian untuk menghindari kedua cangkang
tidak etrtutup erat baik ketika membuka dan menutu (Sakinah,2012).
Ciri
lainnya yang dimiliki klas ini yakni bivalvia mempunyai garis pallial dimana
garis tersebut berfungsi untuk memperlihatkan posisi mantel, sinus pallia
terlihat seperti teluk sepanjang garis pallial. Mantel tersebut memiliki 3
peran penting yaitu :
1.
Mensekresi
cangkang
2.
Mengandung
beberapa organ peraba
Otot –
otot adductor di dalamnya melekat
pada cangkang oleh garis pallial
(Sakinah,2012).
Pada tiram mutiara, jika di antara
mantel dan cangkangnya masuk benda asing seperti pasir, lama-kelamaan akan
terbentuk mutiara. Mutiara terbentuk karena benda asing tersebut terbungkus
oleh hasil sekresi palisan cangkang nakreas. Pelecypoda tidak memiliki kepala.
Mulutnya terdapat pada rongga mantel, dilengkapi dengan labial palpus (Sakinah,2012).
3.
Klas
Cephalopoda
Cephalopoda
(dalam bahasa latin, chepalo = kepala, podos = kaki) merupakan Mollusca yang
memiliki kaki di kepala.Anggota Cephalopoda misalnya sotong (Sepia
officinalis), cumi-cumi (loligo sp.), dan gurita (Octopus sp.)Hidup Cephalopoda
seluruhnya di laut dengan merayap atau berenang di dasar laut (Sakinah,2012).
Pada klas
ini kepala lebih berkembang, begitupun dengan mata, ditambah dengan sejumlah
lengan yang dilenkapi dengan alat penghisap.Cephalopoda bergerak cepat dengan
berenang. Kebanyakan Cephalopoda memiliki organ pertahanan berupa kantong
tinta. Kantong tinta berisikan cairan seperti tinta berwarna coklat atau hitam
yang terletak di ventral tubuhnya. Tinta ini akan di keluarkan jika hewan ini
merasa terancam dengan cara menyemburkannya. Cephalopoda memiliki kaki berupa
tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsanya (Sakinah,2012).
Cephalopoda
memiliki sistem saraf yang berpusat di kepalanya menyerupai otak. Untuk
reproduksi hewan ini berlangsung secara seksual. Cephalopoda memiliki organ
reproduksi berumah dua (dioseus).Pembuahan berlangsung secra internal dan
menghasilkan telur. Makananya berupa kepiting atau invertebrata lainnya.
Sebagai hewan pemangsa, hampir semua (Sakinah,2012).
Pada klas
ini terbagi atas beberapa ordo diantaranya Ordo Nautiloidea, Ordo
Teuthida, dan Ordo Sepiiha.
a.
Ordo Nautiloidea
Merupakan
satu-satunya jenis organisme dari klaas ini yang cangkangnya di luar.
Pergerakan dengan mengandalkan pengapungan dari ronga-rongga kosong dalam
cangkang. Contoh: Nautilus sp, dan
contoh salaha satu jenisnya beserta klasifikasi Nautilus pompilus.
b.
Ordo Teuthida
Merupakan
jenis cumi-cumi dengan cangkang yang tereduksi dan tipis. Tubuhnya memanjang
dengan 10 lengan dan cangkang chitin berbentuk pena yang terletak di atas
visceral mass. Contoh: Loligo vulgaris.
c.
Ordo
Sepiiha
Ordo ini
merupakan jenis sotong (cuttlefish).
Pergerakan lebih lambat dari pada cumi-cumi, punggung lebih pipih, namun
mempunyai cangkang yang lebih besar dan tebal
(Sakinah,2012).
.
C.
Insekta
Insecta
(dalam bahasa latin, insecti = serangga).Banyak anggota hewan ini sering kita jumpai
disekitarkita, misalnya kupu-kupu, nyamuk, lalat, lebah, semut, capung,
jangkrik, belalang,dan lebah.Ciri
khususnya adalah kakinya yang berjumlah enam buah.Karena
itu pula sering juga disebut hexapoda (Surya,2007).
Insecta
dapat hidup di bergagai habitat, yaitu air tawar, laut dan darat.Hewan ini
merupakan satu-satunya kelompok invertebrata yang dapat terbang.Insecta ada
yang hidup bebas dan ada yang sebagai parasit.Tubuh Insecta dibedakan menjadi
tiga bagian, yaitu kaput, toraks, dan abdomen.Kaput memiliki organ yang
berkembang baik, yaitu adanya sepasang antena, mata majemuk (mata faset), dan
mata tunggal(oseli).Insecta memiliki organ perasa disebut palpus.Insecta yang
memiliki syap pada segmen kedua dan ketiga.Bagian abdomen Insecta tidak
memiliki anggota tubuh.Pada abdomennya
terdapat spirakel, yaitu lubang pernapasan yang menuju tabung trakea.Trakea merupakan alat pernapasan pada Insecta.Pada abdomen juga terdapat tubula malpighi, yaitu alt ekskresi yang melekat pada posterior saluran pencernaan.Sistem sirkulasinya terbuka.Organ kelaminnya dioseus (Surya,2007).
terdapat spirakel, yaitu lubang pernapasan yang menuju tabung trakea.Trakea merupakan alat pernapasan pada Insecta.Pada abdomen juga terdapat tubula malpighi, yaitu alt ekskresi yang melekat pada posterior saluran pencernaan.Sistem sirkulasinya terbuka.Organ kelaminnya dioseus (Surya,2007).
Klasifikasi Insekta
Berdasarkan ada
tidaknya sayap, insekta dikelompokkan menjadi dua sub kelas yaitu :
1. Insekta tidak bersayap, Insekta ini dikelompokkan dalam sub kelas Apterygota.
2. Insekta bersayap dikelompokkan dalam sub kelas Pterygota.
1. Insekta tidak bersayap, Insekta ini dikelompokkan dalam sub kelas Apterygota.
2. Insekta bersayap dikelompokkan dalam sub kelas Pterygota.
I.
Sub kelas
Apterygota.
Sub kelas
Apterygota ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Tidak
bersayap.
2.
Tidak
mengalami metamorfosis (ametabola).
3.
Tipe
mulutnya menggigit.
4.
Batas
antara kepala, dada, dan perut tidak jelas.
5.
Antenanya
panjang tidak beruas-ruas.
Contoh
speciesnya yaitu kutu buku (Lepisma sacharina).Kutu buku dapat merusak
buku karena dapat mengeluarkan enzim selulase.
II.
Sub kelas
Pterygota.
Sub kelas Pterygota ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Sub kelas Pterygota ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Memiliki
sayap.
2.
Mengalami
metamorfosis.
3.
Tipe
mulutnya bervariasi.
Berdasarkan
asal tumbuhnya sayap sub kelas Pterygota dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :
a.
Eksopterygota, adalah kelompok Insekta yang sayapnya berasal
dari tonjolan luar dinding tubuh.Berdasarkan tipe sayap, tipe mulut, dan
metamorfosisnya, eksopterygota dibedakan menjadi beberapa ordo yaitu ordo
Isoptera, ordo Orthoptera, ordo Hemiptera, ordo Odonata.
b.
Endopterygota, adalah kelompok Insekta yang sayapnya berasal
dari tonjolan kearah dalam dinding tubuh. Berdasarkan tipe sayap, tipe mulut,
dan metamorfosisnya, endoptrygota dibedakan menjadi beberapa ordo yaitu ordo
Coleoptera, ordo Hymenoptera, ordo Diftera, ordo Lepidoptera, ordo
Shiponaptera.
III.
Sub Kelas
Pterygota : Eksopyterygota
a.
Ordo
Isoptera
Isoptera berasal dari bahasa Latin iso = sama, pteron = sayap yang berarti Insekta bersayap sama.Ciri-ciri lain yang dimiliki oleh ordo Isoptera adalah :
Isoptera berasal dari bahasa Latin iso = sama, pteron = sayap yang berarti Insekta bersayap sama.Ciri-ciri lain yang dimiliki oleh ordo Isoptera adalah :
1.
Memiliki
dua pasang sayap tipis yang tipe dan ukurannya sama.
2.
Mengalami
metamorfosis tidak sempurna.
3.
Tipe
mulut menggigit.
Cara hidupnya membentuk koloni dengan sistem
pembagian tugas tertentu yang disebut polimorfisme. Pembagian tugas itu adalah
raja, ratu dan prajurit atau tentara.
Contoh : Helanithermis sp. (rayap).
b.
Ordo
Orthoptera
Orthoptera berasal dari bahasa Latin orthop = lurus, pteron = sayap yang berarti Insekta bersayap lurus. Ciri-ciri lain yang dimiliki oleh ordo orthoptera adalah :
Orthoptera berasal dari bahasa Latin orthop = lurus, pteron = sayap yang berarti Insekta bersayap lurus. Ciri-ciri lain yang dimiliki oleh ordo orthoptera adalah :
1.
Memiliki
dua pasang sayap, yaitu sayap depan dan sayap belakang. Sayap bagian depan
lurus, lebih tebal, dan kaku (perkamen), sedangkan sayap belakang tipis seperti
selaput.
2. Mengalami
metamorfosis tidak sempurna.
3. Tipe
mulut menggigit.
4. Kaki
paling belakang (kaki ketiga membesar).
Contoh : Kecoa (Periplaneta americana)
Jangkrik (Grillus sp.).
Belalang sembah (Tenodora sp.).
Jangkrik (Grillus sp.).
Belalang sembah (Tenodora sp.).
c.
Ordo
Hemiptera
Ciri-ciri lain yang dimiliki oleh ordo hemiptera adalah :
Ciri-ciri lain yang dimiliki oleh ordo hemiptera adalah :
1.
Memiliki
dua pasang sayap, yaitu sayap depan satu pasang seperti berkulit dan sayap
belakang transparan.
2.
Mengalami
metamorfosis tidak sempurna.
3.
Tipe
mulut menusuk dan menghisap.
Contoh : Kutu busuk (Cymex rotundus).
Walang sangit (Leptocorisa acuta).
Walang sangit (Leptocorisa acuta).
d. Ordo Odonata.
Ciri-ciri yang dimiliki oleh ordo homoptera adalah :
Memiliki dua pasang sayap tipis seperti selaput.
Mengalami metamorfosis tidak sempurna.
Tipe mulut menggigit.
Contoh : Capung (Aesha sp.)
IV.
Sub Kelas
Pterygota : Endopterygota
a.
Ordo
Coleoptera
Coleoptera berasala dari bahasa Latin coleos = perisai, pteron = sayap, berarti insekta bersayap perisai.
Ciri-ciri ordo Coleoptera adalah :
Coleoptera berasala dari bahasa Latin coleos = perisai, pteron = sayap, berarti insekta bersayap perisai.
Ciri-ciri ordo Coleoptera adalah :
1.
Memiliki
dua pasang sayap, yaitu sayap depan dan sayap belakang. Sayap depan tebal dan
permukaan luarnya halus yang mengandung zat tanduk sehingga disebut elytra,
sedangkan sayap belakang tipis seperti selaput.
2.
Mengalami
metamorfosis sempurna.
3.
Tipe
mulut menggigit.
Contoh : Kumbang kelapa (Oycies rhinoceros),
Kutu gabah (Rhyzoperta dominica) .
b.
Ordo
Hymenoptera
Ciri-ciri ordo hymenoptera adalah :
Ciri-ciri ordo hymenoptera adalah :
1.
Mengalami
metamorfosis sempurna.
2.
Tipe
mulut menggigit dan ada yang kombinasi untuk menggigit dan menjilat.
Contoh : Lebah madu (Apis), tawon (Xylocopa
latipes), semut hitam (Monomorium sp.).
c.
Ordo
Diptera
Ciri-ciri ordo diptera adalah :
Ciri-ciri ordo diptera adalah :
1.
Memiliki
satu pasang sayap depan dan sayap belakang mengalami redukasi membentuk halter
(alat keseimbangan).
2.
Mengalami
metamorfosis sempurna.
3.
Tipe
mulut menusuk dan menghisap serta menjilat.
4.
Dan
memiliki tubuh ramping.
Contoh : Nyamuk rumah (Culex pipiens),
nyamuk malaria (Anopheles sp.), nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti),
lalat buah (Drosophila melanogaster), lalat tsetse (Glossina palpalis).
d.
Ordo
Lepidoptera
Ciri-ciri ordo Lepidoptera adalah :
Ciri-ciri ordo Lepidoptera adalah :
1.
Memiliki
dua pasang sayap yang bersisik halus.
2.
Mengalami
metamorfosis sempurna.
3.
Tipe
mulut pada tahap larva menggigit, sedangkan pada tahap dewasa menghisap.
4.
Mata
fasetnya besar.
Contoh : Kupu-kupu Swallowtail, kupu-kupu sutera (Bombyx
mori), kupu-kupu elang (Acherontia atropos).
e.
Ordo
Shiponaptera
Ciri-ciri ordo shiponaptera adalah :
Ciri-ciri ordo shiponaptera adalah :
1.
Tidak
memiliki sayap.
2.
Mengalami
metamorfosis sempurna.
3.
Tipe
mulut menusuk dan menghisap.
4.
Kakinya
pipih panjang dan digunakan untuk meloncat.
Contaoh : Kutu manusia (Pulex irritans),
kutu kucing (Stenossphalus felic).
f. Ordo Dermaptera
Ciri-ciri ordo dermaptera adalah :
1.
Memiliki
dua pasang sayap (satu pasang seperti berkulit, dan satu pasang bermembran),
atau tidak bersayap.
2.
Mengalami
metamorfosis sempurna.
3.
Tipe
mulut menggigit.
Contoh : Earwig
(Surya,2007).
D.
AMFIBI DAN REPTILIA
Amphibi
merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh
rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibia berasal dari bahasa
Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup.
Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan
yaitu di darat dan di air. Pada umumnya, amphibia mempunyai siklus hidup awal
di perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan. ( Zug, 1993)
Pada fase
berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Pada fase ini
berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa hidup di darat dan bernafas
dengan paru-paru. Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan
cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan
menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan menghilang. Pada
anura, tidak ditemukan leher sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam
liang dan bergerak dengan cara melompat. (Zug, 1993)
Amphibia
memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang baik. Pada mata
terdapat membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari
debu, kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem
syaraf mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan
menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna. Pada
cerebellum konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk
kelenjar ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau perekat. Walaupun
demikian, tidak semua amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan perairan ke
daratan. Pada beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae, tetap tinggal
dalam perairan dan tidak menjadi dewasa. Selama hidup tetap dalam fase berudu,
bernafas dengan insang dan berkembang biak secara neotoni. Ada beberapa jenis
amphibi lain yang sebagian hidupnya berada di daratan, tetapi pada waktu
tertentu kembali ke air untuk berkembang biak. Tapi ada juga beberapa jenis
yang hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada kelompok ini tidak terdapat
stadium larva dalam air. (Duellman and Trueb, 1986)
Adapun
ciri-ciri umum anggota amphibia adalah sebagai berikut:
1.
Memilliki
anggota gerak yang secara anamotis pentadactylus, kecuali pada apoda yang anggota
geraknya terduksi.
2.
Tidak
memiliki kuku dan cakar, tetapi ada beberapa anggota amphibia yang pada ujung
jarinya mengalami penandukan membentuk kuku dan cakar, contoh Xenopus sp..
3.
Kulit
memiliki dua kelenjar yaitu kelenjar mukosa dan atau kelenjar berbintil (
biasanya beracun).
4.
Pernafasan
dengan insang, kulit, paru-paru.
5.
Mempunyai
sistem pendengaran, yaitu berupa saluran auditory dan dikenal dengan tympanum.
6.
Jantung
terdiri dari tiga lobi ( 1 ventrikel dan 2 atrium)
7.
Mempunyai
struktur gigi, yaitu gigi maxilla dan gigi palatum.
8.
Merupakan
hewan poikiloterm.
(Duellman and Trueb, 1986)
Ordo
Class Amfibia :
a.
Ordo
Caecilia ( Gymnophiona)
Ordo ini
mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki sehingga
disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak bertungkai,
dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi,
tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai
fotoreseptor. Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ
sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva
hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami
reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi
pada Caecilia terjadi secara internal. ( Webb et.al, 1981)
Ordo
Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae,
Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae. Famili Caecilidae mempunyai
3 subfamili yaitu Dermophinae, Caecilinae dan Typhlonectinae. ( Webb et.al,
1981)
Famili
yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai
ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang.
Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang
insang yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama
di air sebelum metamorphosis. Anggota famili ini yang ditemukan di indonesia
adalah Ichtyophis sp., yaitu di propinsi DIY.
b.
Ordo
Urodela
Urodela
disebut juga caudata. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai
anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan
antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang
lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil
dan pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan
fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas
dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah,
Jepang dan Eropa (Pough et. al, 1998).
Urodella
mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea, Cryptobranchoidea dan Salamandroidea. Sub
ordo Sirenidae hanya memiliki 1 famili yaitu Sirenidae, sedangkan sub ordo
Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu Cryptobranchidae dan Hynobiidae. Sub
ordo Salamandroidea memiliki 7 famili yaitu Amphiumidae, Plethodontidae,
Rhyacotritoniade, Proteidae, Ambystomatidae, Dicamptodontidae dan
Salamandridae ( Pough et. al., 1998).
c.
Ordo
Proanura
Anggota-anggota
ordo ini tidak dapat diketemukan atau dapat dikatakan telah punah.
Anggota-anggota ordo ini hidupnya di habitat akuatik sebagai larva dan hanya
sedikit saja yang menunjukkan perkembangan ke arah dewasa. Ciri-ciri umumnya
adalah mata kecil, tungkai depan kecil, tanpa tungkai belakang, kedua rahang
dilapisi bahan tanduk, mempunyai 3 pasang insang luar dan paru-paru mengalami
sedikit perkembangan. Amphibi ini tidak menunjukkan adanya dua bentuk dalam
daur hidupnya (Duellman and Trueb, 1986).
d.
Ordo
Anura
Nama
anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo ini
mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak
mempunyai leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar
daripada tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat.
Pada beberapa famili terdapat selaput diantara jari-jarinya. Membrana tympanum
terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di
belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan
berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan di
perairan yang tenang dan dangkal (Duellman and Trueb, 1986).
Ordo
Anura dibagi menjadi 27 famili, yaitu:
Ascaphidae,
Leiopelmatidae, Bombinatoridae
Discoglossidae,
Pipidae, Rhinophrynidae,
Megophryidae,
Pelodytidae, Pelobatidae,
Allophrynidae,
Bufonidae, Branchycephalidae,
Centrolenidae,
Heleophrynidae, Hylidae,
Leptodactylidae,
Myobatrachidae, Pseudidae,
Rhinodermatidae,
Sooglossidae, Arthroleptidae,
Dendrobatidae,
Hemisotidae, Hyperoliidae,
Microhylidae,
Ranidae, Rachoporidae,
( Pough
et. al.,1998)
Ada 5
Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae, Ranidae,
Microhylidae dan Rachoporidae. Adapun penjelasan mengenai kelima famili
tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Bufonidae
Famili
ini sering disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar dan
berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan terdapat
pematang di kepala. Mempunyai tipe gelang bahu arciferal. Sacral diapophisis
melebar. Bufo mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak memiliki gigi.
Tungkai belakang lebih panjang dari pada tungkai depan dan jari-jari tidak
mempunyai selaput. Fertilisasi berlangsung secara eksternal. Famili ini terdiri
dari 18 genera dan kurang lebih 300 spesies. Beberapa contoh famili Bufo yang
ada di Indonesia antara lain: Bufo asper, Bufo biporcatus, Bufo melanosticus
dan Leptophryne borbonica. ( Eprilurahman, 2007 )
2.
Megophryidae
Ciri khas
yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk di atas
matanya, yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada umumnya famili
ini berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya lambat
dan kurang lincah. Gelang bahu bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran
tinggi. Pada fase berudu terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk mencari
makan di permukaan air. Adapun contoh spesies anggota famili ini adalah Megophrys
montana dan Leptobranchium hasselti. ( Eprilurahman, 2007)
3.
Ranidae
Famili
ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya relatif ramping. Tungkai
relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk membantu
berenang. Kulitnya halus, licin dan ada beberapa yang berbintil. Gelang bahu
bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada pematang seperti pada Bufo.
Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti parut di bagian maxillanya. Sacral
diapophysis gilig. Fertilisasi secara eksternal dan bersifat ovipar. Famili ini
terdiri dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya adalah: Rana chalconota,
Rana hosii, Rana erythraea, Rana nicobariensis, Fejervarya cancrivora,
Fejervarya limnocharis, Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana. (
Eprilurahman, 2007 )
4.
Microhylidae
Famili
ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif panjang
dibandingkan dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan mandibulanya, tapi
beberapa genus tidak mempunyai gigi. Karena anggota famili ini diurnal, maka
pupilnya memanjang secara horizontal. Gelang bahunya firmisternal. Contoh
spesiesnya adalah: Microhyla achatina. ( Eprilurahman, 2007)
5.
Rachoporidae
Famili
ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai kulit yang kasar,
tapi kebanyakan halus juga berbintil. Tipe gelang bahu firmisternal. Pada
maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi palatum. Sacral
diapophysis gilig. Berkembang biak dengan ovipar dan fertilisasi secara
eksternal. ( Eprilurahman, 2007)
Amphibi
muncul pada pertengahan periode Jura, pra era Paleozoik sebagai vertebrata yang
tertua. Kebanyakan Amfibi adalah hewan tropis, karena sifatnya yang poikiloterm
atau berdarah dingin. Amphibi memerlukan sinar matahari untuk mendapatkan panas
ke tubuhnya, karena tidak bisa memproduksi panas sendiri. Oleh karena itu
banyak amphibi yang ditemukan di wilatah tropis dan sub tropis, termasuk di
seluruh indonesia.
Amphibi
umumnya merupakan makhluk semi akuatik, yang hidup di darat pada daerah yang
terdapat air tawar yang tenang dan dangkal. Tetapi ada juga amphibi yang hidup
di pohon sejak lahir sampai mati, dan ada juga yang hidup di air sepanjang
hidupnya. Amphibi banyak ditemukan di areal sawah, daerah sekitar sungai, rawa,
kolam, bahkan di lingkungan perumahan pun bisa ditemukan.
Reproduksi
pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada anura pada umumnya dan
internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan secara eksternal dilakukan di dalam
perairan yang tenang dan dangkal. Di musim kawin, pada anura ditemukan fenomena
unik yang disebut dengan amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih
kecil menempel di punggung betina dan mendekap erat tubuh betina yang lebih
besar. Perilaku tersebut bermaksud untuk menekan tubuh betina agar mengeluarkan
sel telurnya sehingga bisa dibuahi jantannya. Amplexus bisa terjadi antara satu
betina dengan 2 sampai 4 pejantan di bagian dorsalnya dan sering terjadi
persaingan antar pejantan pada musim kawin. Siapa yang paling lama bertahan
dengan amplexusnya, dia yang mendapatkan betinanya. Amphibi berkembang biak
secara ovipar, yaitu dengan bertelur, namun ada juga beberapa famili amphibi
yang vivipar, yaitu beberapa anggota ordo apoda. (Duellman and Trueb, 1986)
E.
PISCHES
Ciri
utama Pisces sebagai berikut:
1.
Hewan
berdarah dingin yang hidup di dalam air.
2.
Bernapas
dengan insang (operculum) dan di bantu oleh kulit .
3.
Tubuh
terdiri atas Kepala.
4.
Rangka
tersusun atas tulang sejati.
5.
Jantung
terdiri atas satu serambi dan satu bilik.
6.
Tubuh
ditutupi oleh sisik dan memiliki gurat sisi untuk menentukan arah dan posisi
berenang.
Pisces
dapat di bagi menjadi beberapa ordo antara lain:
a.
Ordo
Apodes
Familia :
Angulidae Species : Ikan panjang (Arguilia vulgaria)
Familia :
Muruenidae
b.
Ordo
Acthopterygi
Familia :
Parsidae Species : Kakap (Lataes carca lifer)
Familia :
Muruenidae
c.
Ordo
Heterostonata Species : Ikan lidah
d.
Ordo
Labysinthici
Famili :
Analamtidal Species : ikan bandeng (lates carca lifer)
Familia :
scombridae Species : tongkol (enthymus palamys)
e.
Ordo
Masacop Terygii
Famili :
chipeidae Species : ikan bandeng (chonos-chonos)
Famili :
ikan salam (salmosalor)
f.
Ordo
Ostariophysi
Familia :
analamtidal Species : kakap (lates carca lifer)
Famili : scmbridae
(Anonim 3,2011).
Pisces merupakan vertebrata akuatik dan bernapas dengan insang (beberapa
jenis ikan bernapas melalui alat tambahan berupa modifikasi gelembung
renang/gelembung udara). Mempunya otak yang terbagi menjadi regio-regio. Otak
itu dibungkus dalam kranium yang berupa kartilago atau tulang rawan. Ada
sepasang mata, kecuali ikan-ikan siklomata, mulut ikan disokong oleh rahang
(Brotowidjoyo, 1989).
Pisces atau ikan
adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan
bernapas dengan insang. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic
yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan
tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan
bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari),
dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes).
F.
Echinodermata
Echinodermata berasal dari kata echinos yng berarti
berduri dan derma yang berarti kulit, jadi Echinodermata adalah hewan berkulit
duri.Habitatnya dilaut, terutama di mintakat bentik. Termasuk kedalam filum
echinodermata antara lain bintang laut, bulu babi dan teripang. Umumnya
berukuran besar, yang terkecil berukuran 1 cm. Terdapat 6.750 spesies yang
hidup, tetapi keanekaragamannya pada masa kini lebih rendah dibanding dengan
jenis-jenis pada era paleozoikum. Echinodermata berasal dari bahasa yunani Echinus
berati landak, dan derma berarti kulit.
Hal ini disebabkan blu babi mempunya duri-duri panjang seperti landak
(Radiopoetra, 1996).
Bentuk tubuh, struktur anatomi dalam dan luar
echinodermata sangat khas. Bentuk tubuh
simetri radial 5 penjuru, meskipun echinodermata termasuk divisi bilateria.
Sebenarnya pada waktu larva mempunya bentuk tubuh simetri bilateral dan hidup
sebagai plankton, tetapi pada akhir stadium larva mengalamu metamorfosa menjadi
simetri radial (Radiopoetra, 1996).
Echinodermata tidak mempunya kepala, tubuh tersusun
dalam sumbu oral-aboral. Tubuh tertutup epidermis tipis yang menyelubungi
rangka mesodermal. Rangka di dalam dan terdiri atas ossicle atau pelat-pelat
kapur yang dapat digerakkan. Bentuk dan letak ossicle tiap jenis adalah khas
(Radiopoetra, 1996).
Permukaan tubuh terbagi menjadi 5 bagian yang
simetris, terdiri atas daerah ambulakra tempat menjulurnya kaki tabung, dan
daerah interambulakra (interadii) yang tidak ada kaki tabungnya. Dalam
perkembangannya sebagian rongga tubuh menjadi sistem pembuluh air
(water-vascular system) yang tidak terdapat pada avertebtara lain. Saluran air
ini terdiri atas madreporit, saluran batu ( Stone canal), saluran cincin (ring
canal), saluran radial 9radial canal), saluran lateral (lateral canal), ampula
dan kaki tabung. Beberapa echinodermata mempunya kantong polian (polian
vesicle) pada saluran cincin (Radiopoetra, 1996).
Semua jenis echinodermata hidup dilaut, mulai dari
daerah litoral sam[ai kedalaman 6.000 m. Daerah Indo pasifik terutama sekitar
Filipina, Kalimantan, dan Papua merupakan daerah yang kaya akan jelly laut,
timun laut, dan bintang mengular (Radiopoetra, 1996).
G.
PORIFERA
(Ane,2011).
Berdasarkan bahan penyusun rangkanya, porifera diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu Hexactinellida atau Hyalospongiae, Demospongiae, dan Calcarea (Calcisspongiae).
1. Hexactinellida (Hyalospongiae.
Berdasarkan bahan penyusun rangkanya, porifera diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu Hexactinellida atau Hyalospongiae, Demospongiae, dan Calcarea (Calcisspongiae).
1. Hexactinellida (Hyalospongiae.
Hexactinellida (dalam bahasa yunani, hexa = enam)
atau Hyalospongiae (dalam bahasa yunani, hyalo = kaca/transparan, spongia =
spons) memiliki spikula yang tersusun dari silika.Ujung spikula berjumlah enam
seperti bintang.Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk vas bunga atau
mangkuk.Tinggi tubuhnya rata-rata 10-30 cm dengan saluran tipe sikonoid.Hewan
ini hidup soliter di laut pada kedalaman 200 – 1.000 m.Contoh Hexactinellida
adalah Euplectella (Ane,2011).
2.
Demospongiae
Demospongiae ( dalam bahasa yunani, demo = tebal,
spongia = spons) memiliki rangka yang tersusun dari serabut spongin.Tubuhnya
berwarna cerah karena mengandung pigmen yang terdapat pada amoebosit.Fungsi
warna diduga untuk melindungi tubuhnya dari sinar matahari.Bentuk tubuhnya
tidak beraturan dan bercabang.Tinggi dan diameternya ada yang mencapai lebih
dari 1 meter.Seluruh Demospongiae memiliki saluran air tipe Leukonoid.Habitat
Demospongiae umumnya di laut dalam maupun dangkal, meskipun ada yang di air
tawar.Demospongiae adalah satu-satunya kelompok porifera yang anggotanya ada
yang hidup di air tawar.Demospongiae merupakan kelas terbesar yang mencakup 90%
dari seluruh jenis porifera.Contoh Demospongiae adalah spongia, hippospongia
dan Niphates digitalis
(Ane,2011).
(Ane,2011).
3.
Calcarea (Calcisspongiae)
Calcarea
(dalam latin, calcare = kapur) atau Calcispongiae (dalam latin, calci = kapur,
spongia = spons) memiliki rangka yang tersusun dari kalsium karbonat.Tubuhnya
kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk seperti vas bunga, dompet, kendi, atau
silinder.Tinggi tubuh kurang dari 10 cm.Struktur tubuh ada yang memiliki
saluran air askonoid, sikonoid, atau leukonoid.
Calcarea hidup di laut dangkal, contohnya sycon, Clathrina, dan Leucettusa lancifer (Ane,2011).
Calcarea hidup di laut dangkal, contohnya sycon, Clathrina, dan Leucettusa lancifer (Ane,2011).
H.
CNIDARIA
Cnidaria
adalah sebuah filum besar terdiri dari beberapa yang paling indah dari semua
organisme garam dan air tawar: ubur-ubur sejati, kotak ubur-ubur, karang dan
anemon laut, dan ular naga. Meskipun Cnidaria adalah kelompok sangat beragam
hewan, ada beberapa ciri yang menghubungkan mereka bersama-sama (Anonim 4,2012).
Cnidaria
Kebanyakan dipoblastic, yang berarti bahwa mereka terdiri dari dua lapisan sel.
Lapisan luar ini dikenal sebagai ektoderm atau epidermis dan lapisan dalam
disebut endoderm atau gastrodermis. Lapisan ini berisi jaring saraf yang
mengontrol fungsi otot dan indera binatang. Antara lapisan ini adalah zat
seperti jelly noncellular dikenal sebagai mesoglea, yang pada ubur-ubur benar
merupakan sebagian besar hewan (maka nama umum mereka). Dalam spesies lain,
mesoglea mungkin hampir tidak ada. Semua cnidaria memiliki pembukaan tunggal ke
dalam tubuh yang bertindak baik sebagai mulut dan anus, mengambil dalam makanan
dan mengusir limbah. Dalam sebagian besar spesies mulut dipagari dengan
tentakel yang bertindak untuk menangkap makanan. Mulut mengarah ke rongga tubuh
yang dikenal sebagai coelenteron, di mana makanan yang dicerna. Ini rongga
tubuh telah memberikan filum ini lainnya, kurang umum digunakan, nama
Coelenterata (Anonim 4,2012).
Cnidaria
memiliki siklus hidup kompleks yang, tergantung pada spesies, bisa bergantian
antara dua bentuk. Bentuk pertama dikenal sebagai polip, yang sessile (berlabuh
ke satu tempat). Polip adalah berbentuk tabung dalam bentuk, dengan mulut,
sering dilapisi dengan tentakel, menghadap ke atas. Tubuh sering berisi jenis
kerangka yang dapat mengelilingi jaringan (exoskeleton) atau dikelilingi oleh
jaringan (endoskeleton). Kerangka ini dapat terdiri dari mineral seperti
kalsium karbonat, dan / atau dapat terdiri dari bahan organik seperti kitin.
Polip juga memiliki kerangka hidrostatik, dimana otot-otot dalam pekerjaan
endoderm terhadap cairan yang terkandung dalam coelenteron, sehingga memperluas
polip (Anonim 4,2012).
Kerangka
hidrostatik juga hadir dalam tentakel, yang memungkinkan mereka untuk
diperpanjang untuk menangkap makanan. Polip sering membentuk koloni besar, di
mana suatu sifat yang dikenal sebagai polimorfisme mungkin terjadi: polip
berbagai koloni dapat mengambil peran khusus. Misalnya, satu polip hanya dapat
digunakan untuk pertahanan, sementara yang lain digunakan untuk reproduksi dan
satu lagi untuk menangkap makanan. Tidak semua polip melakukan hal ini,
bagaimanapun, dan dapat hidup soliter. Beberapa cnidaria, seperti karang yang
benar dan anemon laut, hidup seluruh hidup mereka dalam tahap polip dan tidak
berubah bentuknya menjadi bentuk kedua, yang dikenal sebagai medusa (Anonim
4,2012).
Dalam
ubur-ubur yang benar dan ubur-ubur kotak, medusa adalah bentuk yang paling
menonjol. Mereka bebas-mengambang atau berenang bebas, dengan mesoglea
memberikan daya apung. Medusa umumnya memiliki kerangka hanya hidrostatik, yang
memungkinkan otot untuk bekerja melawan cairan dalam coelenteron untuk
mengaktifkan medusa yang berenang. Siklus hidup cnidaria yang mengandung kedua
polip dan bentuk medusa berjalan umumnya sebagai berikut: medusa dewasa bereproduksi
secara seksual, menciptakan, kecil bersilia (silia adalah rambut kecil yang
mengalahkan bolak-balik, yang memungkinkan untuk bergerak) larva planula
dikenal sebagai sebuah. Planula itu akhirnya mengendap di dasar laut dan
berubah menjadi polip. Polip kemudian dapat bereproduksi secara aseksual,
umumnya menggunakan salah satu dari dua cara: ia dapat terbagi dua, menciptakan
dua klon yang asli, atau dapat membentuk koloni, di mana polip baru tidak
terpecah dari aslinya tetapi tampaknya tumbuh dari sisinya. Kemudian,
tergantung pada spesies, medusa dapat dibentuk secara aseksual dari polip,
atau, seperti yang terjadi dengan ubur-ubur kotak, polip itu sendiri dapat
bermetamorfosis menjadi medusa, dan siklus dimulai lagi (Anonim
4,2012).
Sebagaimana
disebutkan di atas, siklus ini adalah umum untuk ubur-ubur dan ubur-ubur kotak.
Karang dan anemon laut tetap menjadi polip. Para hydrozoans merupakan yang
paling beragam ketika datang ke siklus hidup: beberapa spesies dapat terdiri
dari polip dan medusa baik, sementara yang lain polip-bebas, yang hanya medusa,
dan yang lain adalah medusa bebas, menjadi polip saja (Anonim
4,2012).
Cnidaria
umumnya karnivora di alam, tetapi beberapa spesies, seperti karang, mendapatkan
beberapa makanan mereka dari simbion khusus (organisme yang diuntungkan dan
menguntungkan organisme dengan mereka) yang hidup dalam diri mereka. Ada dua
jenis utama simbion: zooxanthellae, yang protista fotosintetik (organisme
bersel tunggal) yang dikenal sebagai dinoflagellata, dan zoochlorellae, yang
alga fotosintetik. Ini simbion menangkap energi dari matahari untuk
menghasilkan gula yang kemudian diteruskan kepada tuan rumah mereka sebagai
sumber makanan. Tidak semua cnidaria memiliki makhluk-makhluk bagaimanapun, dan
dengan demikian harus menangkap makanan mereka sendiri. Karena cnidaria paling
tidak memiliki alat indera seperti mata, diperkirakan mereka berburu secara
pasif: yaitu, mereka hanya melambaikan tentakel mereka dan berharap kuas
sesuatu dekat. Ketika mangsa tidak datang dalam kontak dengan tentakel,
struktur khusus yang dikenal sebagai api nematocysts seperti senapan harpun ke
dalam daging organisme, baik menyuntikkan racun yang melumpuhkan dan / atau
membunuh mangsanya, atau melibatkan mangsanya (Anonim
4,2012).
Nematocysts
yang umum di semua cnidaria, dan merupakan sifat yang utama yang memisahkan
filum ini dari yang lain. Ada sekitar 20-30 jenis nematocysts tahu sampai saat
ini yang membantu membedakan antara berbagai kelas. Nematocysts hanya salah
satu dari tiga jenis struktur yang terletak di dalam sel-sel dari tentakel dan
/ atau lapisan mulut yang dikenal sebagai cnidae (yang adalah bagaimana filum
ini diberi nama). Dua lainnya jenis ini dikenal sebagai spirocysts dan
ptychocysts. Mereka semua bekerja di dasarnya dengan cara yang sama: ketika
cnida menerima sinyal fisik atau kimia yang sesuai, penutup dikenal sebagai
operkulum tersebut akan dipindahkan kembali, memungkinkan struktur berongga
dikenal sebagai tubulus untuk menembak. Tubulus ini mungkin berisi racun
(seperti halnya dengan nematocysts), perekat yang menempel pada mangsa
(spirocysts), atau mungkin hanya melibatkan bit lumpur yang kemudian membentuk
jenis lumpur "rumah" di sekitar organisme (ptychocysts - hanya
ditemukan di satu urutan kelas anemon dan koral). Setelah cnida telah dipecat,
tidak bisa lagi digunakan (Anonim 4,2012).
Kebanyakan
cnidaria laut di alam, ditemukan dari perairan dangkal ke kedalaman jurang.
Beberapa spesies hydrozoans dapat ditemukan di kolam air tawar dan danau.
Beberapa
ahli mengakui hanya tiga kelas cnidaria, tapi hari ini secara umum diterima
bahwa ada empat, dengan ubur-ubur kotak, yang sebelumnya dikelompokkan dengan
ubur-ubur sejati, sebagai tambahan terbaru. Ada sekitar 9200 spesies dalam 4
kelas:
Anthozoa (karang benar, anemon laut, laut pena) 6000 spp
Cubozoa (ubur-ubur kotak) 20 spp
Hydrozoa (air tawar hydra, karang api) 3000 spp
Scyphozoa (ubur-ubur sejati) 200 spp (Anonim 4,2012).
Cubozoa (ubur-ubur kotak) 20 spp
Hydrozoa (air tawar hydra, karang api) 3000 spp
Scyphozoa (ubur-ubur sejati) 200 spp (Anonim 4,2012).
BAB III
METODE
A.
BAHAN
1.
Bahan-bahan yang
digunakan dalam praktikum lapangan ini adalah :
2.
Tembakau satu ons
3.
Sterofoam
4.
Alkohol 70 % secukupnya
5.
Kristal Menthol
6.
Eter
7.
Formalin
8.
Syringe 10 buah
B.
ALAT
1.
Sedangkan alat yang
digunakan dalam praktikum lapangan
adalah
2.
Kertas papilot 40 buah
3.
Botol flakton 5
4.
Kuas 1
5.
Pinset 2
6.
Kiling botle ( karet
gelang, kapas, kertas manila )
7.
Plastik ukuran 2 kg 30
buah
8.
Kertas label 1 set
9.
Tabel data avifauna,
molusca, arthropoda, herpetofauna, masing-masing 5
10.
Alat tulis
11.
Clip board
12.
Kamera digital
13.
Botol jam 5
14.
Kertas karding
15.
Jarum petul
16.
Cutter,gutting
Alat dan bahan di atas merupakan
alat dan bahan yang harus di penuhi dan dalam melaksanakan praktikum lapangan
.Karena memeliki fungsi masing-masing untuk terlaksananya kehiatan praktikum
lapangan. Fungsi dari alat dan bahan tersebut antara lain :
1.
Sweepnet digunakan sebagai alat untuk mempermudah
menangkap serangga. Killing bottle digunakan untuk menyimpan sementara
serangga-serangga kecil. Kertas papilot untuk menempaykan kupu-kupu dan capung. Pinset digunakan untuk menangakap
hewan-hewan laut yang berada di celah celah karang.
2.
Botol flakon untuk
menyimpan alcohol.sedangkan pada bahan klorofom dan formalin digunakan untuk
mengawetkan hewan yng telah ditangkap kemudian hewan yang telah di beri formalin
dan klorofom di masukan ke dalam botol kaca.namun pada serangga di tempelkan
pada sterofom dan di buat insectarium.
C.
CARA
KERJA
Kegiatan praktikum lapangan
dilakukan di temapt yang berbeda, namun terbagi atas dua yaitu : di Persawahan
dan di Pantai . Dengan demikian hewan yang akan di buat berbeda sehingga cara
kerjanya pun berbeda.
1.
Daerah
pesawahan piyungan
1.
Mempersiapkan alat dan
bahan yang digunakan untuk kegiatan praktikum
2.
Menangkap serangga
dengan sweepnet dan herpetofauna seperti kadal dan kodok dengan tangan langsung
3.
Setelah serangga dan
herpetofauna di tangkap kemudian
dilakukan sampling pada hewan tersebut
4.
Untuk serangga sampling
dilakukan dengan pada kuku-kupu dilipatkan pada kertas papilot, serangga kecil
dimasukan ke dalam killing bottle.
5.
Untuk herpetofauna
sampling dengan dimasukakan kedalam plastic
6.
Kemudian di reservasi
setelah disampling pada serangga dengan insectarium, sedangkan pada
herpetofauna disuntikan dengan alcohol kemudian di masukan kedalam botol kaca alcohol 70%
7.
Mencatat hasil
pengamatan hewan yang di dapat ke dalam tabel yang telah disediakan (jenis dan
kemelimpahannya)
2.
Pantai
Indrayanti
1.
Mempersiapkan alat dan
bahan yang digunakan untuk kegiatan praktikum
2.
Melakukan pengamatan
hewan yang ada di pantai sundak
3.
Setelah diamati kemudian dilakukan sampling pada hewan
tersebut
4.
Untuk sampling
dilakukan menggunakan pinset, sperti pada bulu babi, Chitonsp, nereis sp dan lain lain
5.
Kemudian hewan yang
didapat dimasukkam ke dalam plastic atau ember
6.
Kemudian di reservasi
setelah disampling pada hewan laut dimasukkan kedalam botol kaca yang berisi
alcohol dan air laut dengan perbandingan 1:9 (untuk mollusca), sedangkan pada
echinodermata dengan alcohol 70%.
7.
Mencatat hasil
pengamatan hewan yang di dapat ke dalam tabel yang telah disediakan (jenis dan
kemelimpahannya).
3.
Pantai
Baron
1.
Mempersiapkan alat dan
bahan yang digunakan untuk kegiatan praktikum.
2.
Melakukan pengamatan
secara langsung terhadap pisces, gastrooda laut, dan hewan laut lainnya di
pelelangan ikan.
3.
Mencatat hasil
pengamatan terhadap pisces dan gastropoda laut kedalam table yang telah
disediakan (jenis, dan kemelimpahannya.)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
HASIL
Hasil
dari praktikum lapangan Keanekaragaman dan Klasifikasi Hewan II adalah:
1. Persawahan
Piyungan
Tabel 1. Pengamatan Mollusca dan
Hemithelminthes
No
|
Nama Spesies
|
Jumlah
|
1
|
Pila sp.
|
+++
|
2
|
Achantina fulica
|
+
|
3
|
Pherethima sp.
|
++
|
4
|
Bivalvia
|
+
|
5
|
Brotia costula
|
+
|
Tabel 2. Perbandingan Filum Mollusca
dan Hemithelminthes
No
|
Filum
|
Jumlah
|
1
|
Mollusca
|
4
|
2
|
Annelida
|
1
|
Tabel 3. Pengamatan Insecta
No
|
Nama Spesies
|
Jumlah
|
1
|
Orthoptera
|
+++
|
2
|
Mantodea
|
+
|
3
|
Hymenoptera
|
+
|
4
|
Lepidoptera
|
++
|
5
|
Odonata
|
++
|
6
|
Hemiptera
|
+
|
7
|
Diptera
|
+
|
Tabel 4. Pengamatan Reptil dan
Amphibia
No
|
Nama Spesies
|
Jumlah
|
1
|
Fejervarya limnocharis
|
+
|
2
|
Eutropis multifasciata
|
+++
|
3
|
Bronchocela cristatella
|
+
|
4
|
Dendrelaphis pictus
|
+
|
5
|
Xenochorpis piscator
|
+
|
6
|
Xenochorpis vittata
|
+
|
7
|
Bronchocela jubata
|
+
|
8
|
Fejervarya sp.
|
+
|
Tabel 5. Perbandingan Amphibia dan
Reptilia
No
|
Class
|
Jumlah Spesies
|
1
|
Amphibia
|
2
|
2
|
Reptilia
|
6
|
2. Pantai
Baron
Tabel 6. Pengamatan Pantai Baron
No
|
Nama Spesies
|
Jumlah
|
No
|
Nama Spesies
|
Jumlah
|
||
1
|
Udang
|
+++
|
24
|
Ikan Cue
|
+++
|
||
2
|
Lobster
|
+++
|
25
|
Ikan Mata Sebelah
|
+++
|
||
3
|
Cumi-cumi
|
+++
|
26
|
Ikan Ekor Kuning (Baruna)
|
++
|
||
4
|
Tongkol Tropong
|
+++
|
27
|
Ikan Gembung
|
++
|
||
5
|
Kepiting
|
+++
|
28
|
Ikan Tengiri
|
++
|
||
6
|
Dencis
|
+++
|
29
|
Ikan Kortuning
|
++
|
||
7
|
Tuna
|
+++
|
30
|
Ikan Mata Belo
|
+++
|
||
8
|
Kerang
|
+++
|
31
|
Ikan Tongkol Kacangan
|
++
|
||
9
|
Kakap Merah
|
+++
|
32
|
Ikan Semenyah
|
+
|
||
10
|
Bawal
|
+++
|
33
|
Sotong
|
+++
|
||
11
|
Ikan Layur
|
+++
|
34
|
Kakap Weja-weja
|
+
|
||
12
|
Ikan Kutak Laut
|
+++
|
35
|
Ikan Kakap Belah
|
+
|
||
13
|
Surong
|
++
|
36
|
Ikan Kakap Remadong
|
+++
|
||
14
|
Undur-undur
|
+++
|
37
|
Udang Jerbung
|
+++
|
||
15
|
Nasi Peda
|
++
|
38
|
Ikan Ceblak
|
++
|
||
16
|
Ikan Vihi
|
+
|
39
|
Ikan Kakap Hitam
|
+
|
||
17
|
Kakap Batu
|
++
|
40
|
Ikan Luto
|
+++
|
||
18
|
Ikan Pari
|
+
|
41
|
Ikan Cakalang
|
++
|
||
19
|
Lobster Air
|
++
|
42
|
Ikan Kakap Asin
|
+
|
||
20
|
Lobster Batu
|
+
|
43
|
Ikan Giant Traveling
|
+
|
||
21
|
Kakap Putih
|
+++
|
|||||
22
|
Ikan Banyar
|
+++
|
|||||
23
|
Ikan Kakap 3 Wajah
|
++
|
Tabel 7. Perbandingan Filum
Arthopoda, Mollusca dan Chordata
No
|
Filum
|
Jumlah Spesies
|
1.
|
Arthopoda
|
7
|
2.
|
Mollusca
|
3
|
3.
|
Chordata
|
33
|
3. Pantai
Indrayanti
Tabel 8. Pengamatan Filum Porifera,
Mollusca, Echinodermata dan Cnidaria
No.
|
Phylum
|
Nama Spesies
|
1
|
Porifera
|
Spongia sp.
|
|
|
Clathria sp.
|
Acropora sp
|
||
2
|
Mollusca
|
Turbo sp.
|
|
|
Cypraea sp.
|
|
|
Conus sp.
|
|
|
Balanus sp.
|
|
|
Nerita sp.
|
|
|
Trochus sp.
|
|
|
Siphonaria sp.
|
3
|
Echinodermata
|
Echinometra sp.
|
4
|
Cnidaria
|
Meandrina sp.
|
|
|
Favites sp.
|
Dari ketiga tempat praktikum
lapangan yang telah dilakukan dapat di bandingkan semua filum yang ada dengan
tabel perbandingan yaitu:
Tabel 9. Perbandingan Filum Dari
Persawahan Piyungan, Pantai Baron dan Pantai Indrayanti
No
|
Filum
|
Jumlah Spesies
|
1.
|
Arthopoda
|
14
|
2.
|
Mollusca
|
15
|
3.
|
Annelida
|
1
|
4.
|
Chordata
|
41
|
5.
|
Porifera
|
2
|
6.
|
Echinodermata
|
1
|
7.
|
Cnidaria
|
2
|
B.
PEMBAHASAN
Keanekaragaman dan Klasifikasi Hewan atau Taksonomi Hewan
merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang
pengelompokan berdasarkan kesamaan bentuk dan fungsi
pada tubuh hewan. Tujuan klasifikasi itu sendiri adalah untuk memudahkan
mengenali jenis- jenis hewan serta memudahkan komunikasi di dalam biologi.
Klasifikasi hewan bersifat dinamis. Hal itu disebabkan beberapa kemungkinan
seperti adanya perkembangan pengetahuan tentang hewan, penggunaan karakter yang
berbeda dalam klasifikasi. Klasifikasi hewan didasarkan atas persamaan dan
perbedaan karakter tertentu pada hewan yang bersangkutan.
Praktikum yang di
lakukan dengan mengunjungi 3 wilayah ,yaitu persawahan Piyungan,pantai Baron
dan pantai Idrayanti.Pertama,pengamatan di lakukan di persawahan Piyungan dengan
mengamati anggota filum Helmol (Helminthes dan Mollusca).Para praktikan mencari
spesimen dari anggota filum Helmol,di area persawahan di temukan melimpah Pila sp.(> 30 ),di temukan banyak Pheretima sp. (15-30),juga di temukan
spesies lainnya ,namun dalam jumlah sedikit seperti Achantina fulica,Bivalvia,dan Bostia
costula. Dengan melimpahnya Pila sp.
Mmenandakan bahwa sawah piyungan rentan terhadap serangan hama.Sebab Pila sp. Merugikan bagi petani yang merupakan
hama bagi tanaman padi dan sebagai hospes cacing Fasciola hepatica.Di area sawah ini juga di temukan banyak Pheretima,hal ini menunjukkan bahwa
lahan sawah tersebut subur.Jika di hitung prosentase nya kelimpahan mollusa
mencapai 80% dengan perbandingan 4 : 1.
Kedua,yaitu
pengamatan Insekta.Di lihat dari data yang di peroleh,bahwa ordo Orthoptera
(belalang) melimpah,kemudian ordo Lepidoptera (kupu-kupu) dan ordo Odonata
(capung) pada pengamatan dalam jumlah banyak.Belalang,kupu-kupu,dan capung
merupakan insekta pollinator pada area sawah dan sekitarnya.Sehingga tak heran
jika di areal persawahan banyak jenis hewan tersebut.Bukan hanya itu,terdapat
juga anggota dari ordo Mantodea (belalang sembah),ordo Hymenoptera (tawon dan
lebah),Hemiptera dan Diptera (nyamuk,lalat) dalam jumlah sedikit (<15).Ordo
Mantodea,Hymenoptera,dan Diptera adalah ordo yang anggota spesiesnya sangat
berperan dalam area persawahan,baik sebagai pollinator atau pun dalam rantai
makanan di areal persawahan.Namun,kebanyakan anggota ordo Hemiptera adalah
pemakan daun meskipun sebagian pemakan Insekta kecil lainnya.Karena jumlahnya
sedikit,anggota ordo ini tidak memberi pengaruh buruk pada areal persawahan.
Ketiga,yaitu
pengamatan Reptilia dan Amfibi.Di lihat dari data yang di peroleh,bahwa di
areal persawahan Piyungan melimpah jenis Eutropis multifasciata (kadal).Hal ini menunjukkan bahwa areal
persawahan Piyungan areal yang sesuai untuk kehidupan Eutropis multifasciata ,di mana suhu dan kelembaban di areal tersebut
sangat sejuk dan lembab,sehingga sangat sesuai untuk kehidupan kadal.Selain itu
,ditemukan juga bernagai jenis reptilia dan amfibi lainnya seperti Fejervarya limnocharis (kodok),Bronchocela cristatella (kadal jumbai pendek), Dendrelaphis
pictus, Xenochorpis piscator, Xenochorpis
vittata, Bronchocela jubata (kadal jumbai panjang), Fejervarya
sp. (kodok) dalam jumlah yang sedikit.Kodok yang
di temukan di areal persawahan sedikit,hal itu di karenakan pengamatan di
lakukan pada musim kemarau.Sehingga populasi yang berada di area persawahan
sedikit.Sebab ,kodok sangat suka tempat yang lembab dan basah.Di temapat lembab
dan basah tersebut,ia menncari nyamuk untuk di makan.Di temukan juga 2 jenis
kadal,yaitu kadal jumbai pendek,dan kadal jumbai panjang (Bronchocela jubata).Disebut kadal jumbai panjang karena pada bagian
dorsal cephal dan dorsal thorax depan terdapat jumbai yang panjang.Ada 2 jenis Xenochorpis (ular air) yang di temukan,
makanan ular ini
terutama adalah ikan dan katak.Terdapat di
area persawahan karena ular ini pemangsa katak.Jika pengamatan di lakukan pada
musim hujan,seiring dengan melimpahnya katak dan kodok,mungkin juga keberadaan
spesies ini akan banyak. Ular air ini juga
dikenal sangat agresif. Ketika terancam, ular ini cenderung menggigit dan
terkadang mengeluarkan bau yang tidak sedap. Meskipun tidak berbisa, tetapi
gigitan ular ini bisa menimbulkan luka yang cukup serius.
Pengamatan
selanjutnya di pantai Baron.Dipantai,para praktikan mengamati berbagai jenis
ikan,mollusca (cumi-cumi ,kerang,undur-undur dan sotong) dan Arthropoda
(udang,dll) yang di jual hasil tangkapan
nelayan.Banyak anggota dari filum Arthropoda yang di jual seperti
udang,lobster,kepiting,udah jerbung.Ada juga lobster air dalam jumlah banyak
dan lobster batu dalam jumlah sedikit.Lobster batu jumlahnya sedikit dapat di
sebabkan sulitnya penangkapan lobster tersebut dan harga jualnya pun di pasaran
terlalu tinggi,memungkinkan penjualan tidak di lakukan di pasar ikan.Anggota
filum mollusca yang di jual adalah cumi-cumi dan sotong,dalam jumlah
banyak.Kemudian yang paling banyak (melimpah),yaitu filum chordata superclass
Pisches.Berbagai jenis ikan di jual,ikan dalam jumlah banyak seperti ikan
Dencis,tuna,kakap merah,bawal,ikan layur,ikan kutak laut,kakap putih,ikan
banyar,ikan cue,ikan mata sebelah,ikan mata belo,dan ikan luto.Adapun jenis
ikan di temukan banyak,yaitu ikan surong,nasi peda,kakap batu,ikan kakap 3
wajah,ikan baruna,gembung,tenggiri,kortuning,tongkol kacangan,ceblak,dan ikan
cakalang.Dan jenis ikan yang di jual dalam jumlah sedikit ,yaitu ikan
vihi,pari,semenyah,weja-weja,kakap belah,kakap hitam,kakap asin dan ikan giant
travelling.Jika di buat perbandingan, Arthropoda : Mollusca : Chordata ( 7 : 3
: 33).Dari diagram juga dapat di lihat kemelimpahan anggota filum Chordata
(ikan) pada pelelangan ikan pantai Baron.
Pengamatan yang
terakhir,di lakukan di pantai Indrayanti.Di pantai ini,praktikan mengamati dan
mengidentifikasi spesies apa saja yang ada di sana.Spesies-spesie yang berhasil
di identifikasi yaitu spesies dari 4 filum,yaitu filum Porifera sebanyak 3
spesies,Mollusca sebanyak 7 spesies,Echinodermata sebanyak 1 spesies,dan
Cnidaria sebanyak 2 spesies.Di lihat dari hasil tersebut,terlihat bahwa
kelimpahan terbanyak pada filum Mollusca.Pada pengamatan dan identifikasi
pantai Indryanti ini,pengamatan dan identifikasi kurang maksimal sebab pada
saat pengamatan,gelombang air laut pada saat surut tetap besar.Sehingga
menyulitkan praktikan untuk melakukan pengamatan dan identifikasi.
Berbagai jenis
hewan yang di temukan,anggota dari berbagai filum di temukan.Dengan melakukan
pengamatan ini,dapat di ketahui betapa besarnya peranan ekosistem dan
keseimbangan fauna bagi kehidupan.Proses rantai makanan,peristiwa makan dan di
makan,adanya saling ketergantungan,seperti insekta sebagai pollinator dan
pemanfaatan jenis hewan sperti anggota filum mollusca yang cangkang nya dapat
di gunakan sebagai pernak-pernik.dan yang tak kalah penting anggota superclass
Pisches sebagai sumber makanan dan protein bagi manusia.
BAB V
KESIMPULAN
1.
Dengan melakukan
pengamatan fauna di persawahan Piyungan,pantai Baron,dan pantai Indrayanti,
praktikan dapat mengenal dan mengetahui anggota filum mana saja dan anggota
class mana saja terdapat di wilyah persawahan dan pantai tersebut.
2.
Spesimen-spesimen yang
di temukan di identifikasi anggota dari filum mana saja dan dibandingkan
morfologi tubuhnya dan di sesuaikan berdasarkan ciri khas morfologi,sehingga
dapat di tentukan spesiesnya.
3.
Berdasarkan hasil
identifikasi,diketahui nama spesiesnya.Setelah diketahui nama spesiesnya,dapat
di tentukan klasifikasinya seperti class dan ordo dari spesimen tersebut.
4.
Setelah di ketahui
filum,class,ordo,genus,dan spesies dari masing-masing spesimen ,dapat terlihat
jelas perbedaan morfologi nya.Filum mollusca di tandai dengan tubuhnya yang
lunak,filum Arthropoda di tandai dengan tubuhnya yang berbuku-buku,filum
Echonodermata di tandai dengan duri yang terdapat di seluruh bagian
tubuhnya,dan lain-lain.
5.
Di persawahan Piyungan
telah di lakukan penangkapan berbagai jenis anggota filum Arthropoda seperti
ordo Odonatana (capung),ordo Matondea (belalang sembah),ordo Orthoptera
(belalang),kemudian filum mollusca (Pila
sp.), di pantai Indrayanti di lakukan penangkpan filum Echinodermata
(landak laut).Anggota masing-masing filum yang di tangkap di buat awetan kering
dan awetan basah.Anggota filum Arthropoda di awetkan kering dan yang lainnya di
buat awetan basah.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Dalam catatan pribadi penulis...