Sabtu, 16 Juni 2012

Laporan Praktikum Lapangan Taksonomi Hewan


LAPORAN RESMI PRAKTIKUM  LAPANGAN
TAKSONOMI HEWAN



DISUSUN OLEH :
NAMA            : RIA AGUSTINA
NIM                : 11017006
GOL/KEL       : I/ 18
ASISTEN       : DEWI TRI NINGSIH


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2012


                                               KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,taufik, dan Hidayah-Nya sehingga  laporan yang membahas tentang Kelimpahan Keaneragaman dari Insecta di persawahan Piyungan dan Hewan Laut yang ada di Pantai Baron dan Pantai Indrayanti, sebagai dasar untuk dapat mendiskripkan ciri – ciri dan klasifikasi dari insecta dan hewan laut serta mengkomunikasikan peran dalam kehidupan dapat terselesaikan dengan baik. Laporan ini diajukan kepada Laboratorium Universitas Ahmad Dahlan untuk memenuhi tugas sebagai persyaratan mengikuti ujian Responsi Taksonomi Hewan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Bapak Agung Budiantoro, M.Si selaku dosen mata kuliah Taksonomi Hewan dan dosen pembimbing Praktikum Taksonomi Hewan,yang selalu memberikan arahan dan informasi yang berkaitan dengan praktikum Taksonomi Hewan.
2.      Mbak Dewi selaku Asissten Praktikum Lapangan Taksonomi Hewan yang selalu mendampingi dan memberikan pengarahan tentang prosesi jalannya praktikum..
3.      Orang tua tercinta yang senantiasa memberikan Do’a dan dukunganya.
4.      Teman-teman yang telah banyak memberikan motivasi dalam penyelesaian laporan ini.
             Disadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna,masih banyak kekuranganya.Untuk itu kritik dan saran selalu diharapkan dari kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Aamiin ya Robbal ‘alaamiin.

                                                                        Yogyakarta,16 Juni 2012

                                                                                                                                                              Penulis






HALAMAN PENGESAHAN
Bismillahirrohmanirrrohim...........
Laporan penelitian dengan judul  Taksonomi Hewan  disusun sebagai tugas akhir praktikum Taksonomi Hewan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Telah disetujui dan disahkan oleh asisten pembimbing pada tanggal : 16 Juni 2012

                                                                                    Yogyakarta, 16 Juni 2012
Mengetahui,
Asisten pembimbing                                                                               Praktikan

( Dewi Tri Ningsih)                                                                             ( Ria Agustina )





DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………..  i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………  ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………....  iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………….………..  iv
BAB I.  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ………………………………………………………     1
B.     Permasalahan ……………………………………………………….      1
C.     Tujuan ……………………………………………………….……..       2
D.    Deskripsi Lokasi ………………………………………….………         2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………….………        4
BAB III. METODE
A.    Alat dan Bahan ……………………………………………………        29
B.     Cara Kerja  …………………………………………………..……         30
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil ………………………………………………………………         32
B.     Pembahasan ………………………………………………………         41
BAB V. KESIMPULAN ……………………………………………………          45
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………           46
LAMPIRAN ………………………………………………………………      

       

BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Keanekaragaman dan Klasifikasi Hewan atau Taksonomi Hewan merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang pengelompokan berdasarkan kesamaan bentuk dan fungsi pada tubuh hewan. Tujuan klasifikasi itu sendiri adalah untuk memudahkan mengenali jenis- jenis hewan serta memudahkan komunikasi di dalam biologi. Klasifikasi hewan bersifat dinamis. Hal itu disebabkan beberapa kemungkinan seperti adanya perkembangan pengetahuan tentang hewan, penggunaan karakter yang berbeda dalam klasifikasi. Klasifikasi hewan didasarkan atas persamaan dan perbedaan karakter tertentu pada hewan yang bersangkutan.
Fauna lebih kita kenal sebagai dunia hewan, semua hewan yang hidup di suatu daerah atau pada zaman tertentu. fauna lebih ditekankan pada hewan liar, sedangkan hewan yang dibudidayakan akan diuraikan pada peternakan. Suatu daerah mempunyai ciri lingkungan tertentu yang berpengaruh terhadap jenis dan kehidupan hewan. Indonesia mempunyai pulau-pulau besar dan kecil yang jumlahnya lebih dari 13.000 buah, perairan yang luasnya mencapai lebih dari tiga juta kilometer persegi, dan terletak di sekitar khatulistiwa, merupakan tempat tinggal dari berbagai jenis fauna.

Indonesia memiliki keanekaragaman jenis fauna yang kaya,taksiran jumlah jenis fauna Indonesia adalah hewan mammalia ada 300 spesies,aves 7500 spesies,reptilia 2500 spesies,amfibi 1000 spesies,pisches 8500 spesies,mollusca 20.000 spesies, dan insekta 25.000 spesies.Indonesia memiliki 420 spesies burung yang tersebar di 24 lokasi.Beberapa pulau di Indonesia memiliki jenis hewan endemik,terutama di Pulau Sulawesi,Papua dan Kepulauan Mentawai.

.

B.            Permasalahan
Keanekaragaman fauna di sekitar areal persawahan Piyungan,Pantai Baron dan Pantai Indrayanti masih memiliki keberagaman yang patut di cintai dan di lestarikan.Pendataan terhadap keanekaragaman fauna bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis fauna yang ada serta menginformasikannya kepada masyarakat agar masyarakat tahu dan turut membantu dalam pelestarian.Sehingga keanekaragaman dan keseimbangan hayati tetap terjaga kelestariannya.Keanekaragaman yang cukup banyak menandakan bahwa proses rantai makanan serta keseimbangan ekosistem terjaga.
Berbagai jenis fauna di temukan,namun ada pula fauna yang di temukan itu tidak di temukan di wilayah lain.Hal ini menjadikan bahwa wilayah itu memiliki kelebihan potensi alam,di mana akan menghasilkan suatu ciri khas terhadap fauna yang di temukan.Kondisi lingkungan yang berbeda menyebabkan ada jenis fauna yang berbeda dengan wilayah lain.Dengan hal ini,fauna tersebut menjadi endemik.Untuk itu,praktikum ini di tujukan untuk menanggapi hal-hal tersebut,di mana dengan melakukan identifikasi fauna di wilayah-wilayah yang telah di tentukan dapat mengatasi permasalahan ketidakseimbangan ekosistem di wilayah-wilayah tersebut.

C.           Tujuan
1.             Mengenal dan mengetahui jenis fauna yang terdapat di areal Persawahan Piyungan,Pantai
Baron ,dan Pantai Indrayanti.
2.             Mengidentifikasi dan menetukan nama spesies berdasarkan morfologi perbandingan dari
          spesimen yang di temukan.
3.             Menentukan klasifikasi dari spesimen yang di temukan berdasarkan ciri morfologi yang di
          identifikasi.
4.             Mengetahui persamaan dan perbedaan dari satu filum dengan filum yang  lain.
5.             Mampu membuat awetan dari beberapa jenis anggota masing-masing filum.

D.           Deskripsi Lokasi
Areal persawahan Desa Piyungan berlokasi di daerah Wonosari. Kondisi bentang alam, areal persawahan yang berada agak dekat dengan pemukiman penduduk dan jalan raya. Piyungan merupakan daaerah persawahan yang sangat bagus, tempatnya begitu sejuk. Tempat persawahannya pun begitu luas, tempat ini sangat cocok untuk persawahan dikarenakan tempat ini belum terkena ataupun tercemar oleh polusi(udara,air). Pada saat praktikum lapangan kondisi persawahan sangat baik, penuh denagn tanaman padi yang masih menghijau, kondisi tanahnyapun sangat baik masih dialiri air sebagai sumber hidup bagi padi. Hewan yang didapat dipersawahan piyungan dengan cuaca yang cukup panas membuat kami sedikit kelelahan ketiak mengidentifikasi dan mengamati hewan-hewan apa saja yang ada. Dan ternyata cukup beragam diantarannya adalah : Helmol, Insekta, Reptilia, dan Amphibi.
Pantai Baron merupakan tempat wisata turis asing maupun turis lokal.Panorama alam yang begitu bagus sehingga tempat ini tidak pernah sepi dikunjungi oleh para wisatawan. Pantai ini merupakan pantai yang berada dipesisir selatan Pulau Jawa lebih tepatnya lagi berada dikabupaten Gunung Kidul,provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kondisi pantai Baron sangat cocok untuk para nelayan sehingga tidak heran para nelayan lebih banyak terdapat dipantai Baron dibandingkan dengan pantai yang berada disekitarnya. Selama pengamatan kami jenis hewan yang ada dipantai Baron adalah : Pisces (beragam jenis ikan),  Mollusca ( cumi-cumi,sotong,kerang), Athropoda ( udang dan kepiting ).
Pantai Indrayanti juga merupakan pantai yang berada di wilayah gunung Kidul, pantai Indrayanti terletak di sebalah timur pantai sundak. Pantai ini merupkan tempat wisata pantai baru yang belum lama ini dikelola dan di jadikan tempat wisata alam pantai di Jogja. Mahasiswa yang melakukan praktikum dan identifikasi hewan laut disana menemukan berbagai macam ,seperti hewan anggota Filum Porifera,Filum Mollusca,Filum Cnidaria, dan Filum Echinodermata.



 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A.           Keanekaragaman Fauna
Di Indonesia memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi. Tak, heran jumlah spesies kelompok utama makhluk hidup sebagai berikut. Hewan menyusui 300 spesies burung 7.500 spesies reptil 2000 spesies, tumbuhan biji 25.000 spesies, tumbuhan paku-pakuan 1.250 spesies, lumut 7.500 spesies, ganggang 7.800 spesies, jamur 72.000 spesies, serta bakteri dan ganggang hijau biru 300 spesies. Beberapa pulau di Indonesia memiliki spesies endemik. Spesies endemik inilah spesies lokal, unik, dan hanya ditemukan di daerah atau pulau tertentu. Spesies endemik Indonesia banyak ditemukan di Pulau Sulawesi, Papua, dan Kepulauan Mentawai (Anonim 1,2010).
Wilayah Indonesia memiliki kekayaan fauna yang sangat beragam. Keragaman fauna ini karena berbagai hal :
1.             Terletak di daerah tropis, sehingga mempunyai hutan hujan tropis (trophical rain forest) yang kaya akan tumbuhan dan hewan hutan tropis.
2.             Terletak di antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia
3.             Merupakan negara kepulauan, hal ini menyebabkan setiap pulau memungkinkan tumbuh dan dan menyebarnya hewan dan tumbuhan khas tertentu sesuai dengan kondisi alamnya.
4.             Indonesia terletak di dua kawasan persebaran fauna dunia, yaitu Australis dan Oriental
(Girsang,2010).

Karena berbagai kondisi tersebutlah maka wilayah Indonesia kaya akan keanekaragaman fauna. Berbagai jenis fauna yang meliputi :
1.             Mamalia (lebih dari 500 jenis)
2.             Kupu-kupu (lebih dari 100 jenis)
3.             Reptil (lebih dari 600 jenis)
4.             Burung (lebih dari 1.500 jenis
5.             Amfibi (lebih dari 250 jenis)
(Girsang,2010).
Indonesia itu juga memiliki keanekaragaman fauna baik di Indonesia bagian barat, tengah dan timur akibat pengaruh keadaan alam, rintangan alam dan pergerakan hewan di alam bebas,yaitu:
a.              Fauna Asiatis
Wilayah = Indonesia bagian barat (sumatera, jawa, kalimantan hingga selat makassar dan selat lombok)
Hewan = badak, harimau, orangutan, gajah, dsb.
b.             Fauna Peralihan dan Fauna Asli
Wilayah = Indonesia bagian tengah (sulawesi dan nusa tenggara)
Hewan = Babi rusa, kuskus, burung maleo, kera, dll.
c.              Fauna Australis
Wilayah = Indonesia bagian timur (papua)
Binatang = Burung cendrawasih, burung kakatua, kangguru, dsb.
Keanekaragaman fauna itu juga di setiap daerah dipengaruhi oleh banyak hal seperti :
1. Tinggi rendah dari permukaan laut
2. Jenis tanah
3. Jenis hutan
4. Iklim
5. Pengaruh manusia, dan lain-lain
(Girsang,2010).
B.            HELMOL

Helmol adalah singkatan dari helminthes-mollusca.Dalam bahasa yunani helminthes = cacing,cacing ini dibagi dalam dua filum yaitu Platyhelminthes dan Nemathelminthes. Masing-masing mempunyai karakteristik dan ciri-ciri tersendiri.
Filum Mollusca terdiri atas lebih dari 100.000 spesies berbagai bentuk tubuh dan cara hidup. Pada filum ini, kolom sudah tereduksi dan hanya terbatas pada daerah sekitar jantung. Mollusca (dalam bahasa latin, molluscus = lunak) merupakan hewan yang bertubuh lunak.Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak bercangkang.Hewan ini tergolong triploblastik selomata (Sakinah,2012).

Ciri-ciri Mollusca:
1.             Merupakan hewan multiselular yang tidak mempunyai tulang belakang.
2.             Habitatnya di ait maupun darat
3.             Merupakan hewan triploblastik selomata.
4.             Struktur tubuhnya simetri bilateral.
5.             Tubuh terdiri dari kaki, massa viseral, dan mantel.
6.             Memiliki sistem syaraf berupa cincin syaraf
7.             Organ ekskresi berupa nefridia
8.             Memiliki radula (lidah bergigi)
9.             Hidup secara heterotrof
10.         Reproduksi secara seksual 
( Anonim 2,2011).
Ciri tubuh Mollusca lain meliputi ukuran, bentuk, struktur, reproduksi, sistem peredaran darah, cara hudup dan habitat.
I.              Ukuran dan bentuk tubuh
Ukuran dan bentuk mollusca sangat bervariasi.Misalnya siput yang panjangnya hanya beberapa milimeter dengan bentuk bulat telur.Namun ada yang dengan bentuk torpedo bersayap yang panjangnya lebih dari 18 m seperti cum-cumi raksasa.

II.                         Struktur dan Fungsi tubuh

Tubuh mollusca terdiri dari tiga bagian utama :
1. Kaki            :    Merupakan penjulur bagian ventral tubuhnya yang berotot.Kaki berfungsi untuk bergerak merayap atau menggali.Pada beberapa molluska kakinya ada yang termodifikasi menjadi tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa.

2. Massa viseral  :     Adalah bagian tubuh mollusca yang lunak.Massa viseral merupakan kumpulansebagaian besar organ tubuh seperti pencernaan, ekskresi, dan reproduksi.

3. Mantel                :    Mantel membentuk rongga mantel yang berisi cairan.Cairan tersebut merupakan lubang insang, lubang ekskresi, dan anus.Selain itu, mantel dapat mensekresikan bahan penyusun cangkang pada mollusca bercangkang.

4. Cangkang            :    Cangkang ada yang sempurna, setengah tereduksi atau bahkan telah hilang sama sekali.

5. Sistem saraf        :    Mollusca terdiri dari cincin saraf yang nengelilingi esofagus dengan serabut saraf yang melebar.

6. Sistem pencernaan:   Mollusca lengkap terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus.

7. Bagian mulut       : Ada pula yang memiliki rahang dan lidah pada mollusca tertentu.Lidah bergigi yang melengkung kebelakang disebut radula.Radula berfungsi untuk melumat makanan.

8. Sistem Pernafasan:    Mollusca yang hidup di air bernapas dengan insang.Sedangkan yang hidup di darat tidak memiliki insang.Pertukaran udara mollusca dilakukan di rongga mantel berpembuluh darah yang berfungsi sebagai paru-paru.Organ ekskresinya berupa seoasang nefridia yang berperan sebagai ginjal
(Sakinah,2012).

III.                  Cara Hidup dan Habitat

Mollusca hidup secara heterotrof dengan memakan ganggang, udang, ikan ataupun sisa-sisa organisme.Habitatnya di air tawar, di laut dan didarat.Beberapa juga ada yang hidup sebagai parasit (Sakinah,2012).


IV.        Reproduksi
Mollusca bereproduksi secara seksual dan masing-masing organ seksual saling terpisah pada individu lain.Fertilisasi dilakukan secara internal dan eksternal untuk menghasilkan telur.Telur berkembang menjadi larva dan berkembang lagi menjadi individu dewasa (Sakinah,2012).


V.           Sistem Peredaran Darah
Hampir sebagaian besar moluska mempunyai sistem peeredaran darah terbuka yakni sebuah jantung yang memompa hemolymph melalui pembulu menuju ke hemocoel. Darah terdifusi kembali ke jantung dan dipompa ke seluruh tubuh kembali (Sakinah,2012).

Pembagian Filum Mollusca

1.             Gastropoda
Gastropoda (dalam bahasa latin, gaster = perut, podos = kaki) adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai alat gerak atau kakinya.Misalnya, siput air (Lymnaea sp.), remis (Corbicula javanica), dan bekicot (Achatia fulica) (Sakinah,2012).

Klas gastropoda meliputi siput, keong, dan kelinci laut. Sebagian besar hewan tersebut hidup di air laut, beberapa saja yang hidup di air tawar dan darat. Kebanyakan Gastropoda bersifat herbivora yang menggunakan radula untuk menggaruk makanan pada permukaan. Pada gastropoda yang karnivora, radula digunakan untuk membor melewati permukaan seperti cangkang kerang, untuk mendapatkan makanan. Bagian tubuh yang berada diluar atau senantiasa dikeluarkan adalah kepala dan kaki. Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventrel tubuhnya.Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya dan mempunyai warna tubuh umumnya keabuabuan atau coklat, kadang berbintik hitam, sementara pada bagian kepala cenderung lebih terang (Sakinah,2012).
Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek.Pada ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang.Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau.Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan Gastropoda darat bernapas menggunakan rongga mantel (Sakinah,2012).

Salah satu organ penting lainnya dari siput adalah operculum. Struktur operculum ini umumnya pipih, melekat pada bagian akhir kakinya. Fungsinya untuk melindungi tubuh dengan mekanisme membuka dan menutup seperti pintu pada bagian aperture cangkang. Ketika seluruh tubuh Gastropoda telah berada dalam cangkang, operculum segera menutup sehingga terhindar dari tekanan lingkungan (Sakinah,2012).

Struktur pertumbuhan cangkang Gastropoda dimulai dari apex sampai ke aperture . most snail shells can be thought of as elongate cones wound into a spiral by verying degress. Perputaran cangkang ada yang searah dengan jarum jam (dextral) dan ada yang berlawanan arah dengan jarum jam. Pola dasar ini yang membentuk beranekaragam tipe cangkang (Sakinah,2012).

2.             Klas Pelecypoda/ Bivalvia
Pelecypoda diidentefikasikan sebagai kerang (Anadara sp.), tiram mutiara (Pinctada margaritifera dan Pinctada mertinsis), kerang raksasa (Tridacna sp.), dan kerang hijau (Mytilus viridis) (Sakinah,2012).
Pelecypoda tidak memiliki rahang atau radula.Maka makanannya berupa hewan kecil seperti protozoa, diatom, dan sejenis lainnya.Insang Pelecypoda berbentuk lembaran sehingga hewan ini disebut juga Lamellibranchiata (dalam bahasa latin, lamella = lembaran, branchia = insang).Lembaran insang dalam rongga mantel menyaring makanan dari air yang masuk kedalam rongga mantel melalui sifon (corong).Sistem saraf Pelecypoda terdiri dari tiga pasang ganglion yang saling berhubungan.Tiga ganglion tersebut adalah ganglion anterior, ganglion pedal, dan ganglion posterior.Reproduksi Pelecypoda terjadi secara seksual.Organ seksual terpisah pada masing-masing individu.Fertilisasi terjadi secara internal maupun eksternal.Pembuahan menghasilkan zigot yang kemudian akan menjadi larva (Sakinah,2012).
Pelecypoda memiliki ciri khas, yaitu kaki berbentuk pipih seperti kapak.Kaki Pelecypoda dapat dijulurkan dan digunakan untuk melekat atau menggali pasir dan lumpur. Pelecypoda ada yang hidup menetap dan membenamkan diri di dasar perairan. Pelecypoda mampu melekat pada bebatuan, cangkang hewan lain, atau perahu karena mensekresikan zat perekat. Pelecypoda memiliki dua buah cangkang pipih yang setangkup sehingga disebut juga Bivalvia. Kedua cangkang pada bagian tengah dorsal dihubungkan oleh jaringan ikat (ligamen) yang berfungsi seperti engsel untuk membuka dan menutup cangkang dengan cara mengencangkan dan mengendurkan otot. Otot adductor akan terlepas jika organismenya mati, namun pelekatnya membekas pada cangkang bagian dalam dimana sebelumnya berada (Sakinah,2012).

Cangkang tersusun dari lapisan periostrakum, prismatik, dan nakreas. Kedua cangkang bila bentuknya sama seperti saling bercermin disebut equivalved, jika tidak sama disebut inequivalved. Sementara itu jika bagian posterior cangkang ukuran bentuknya sama denagn anteroir disebut equilateral , jika beda disebut inequilateral.Permukaan cangkang ada yang bermotif dan ada yang tidak, namun semuanya memberikan petunjuk garis-garis pertumbuhan. Garis pertumbuhan awal dimulai pada bagian tepi cangkang dimana keduanya bergabung pada garis hinge dan umbo yang saling tumpung tindih pada bagian tersebut.  Gigi terletak dibagian paling atas  cangkang berperan sebagai pengucian untuk menghindari kedua cangkang tidak etrtutup erat baik ketika membuka dan menutu (Sakinah,2012).

Ciri lainnya yang dimiliki klas ini yakni bivalvia mempunyai garis pallial dimana garis tersebut berfungsi untuk memperlihatkan posisi mantel, sinus pallia terlihat seperti teluk sepanjang garis pallial. Mantel tersebut memiliki 3 peran penting yaitu :
1.             Mensekresi cangkang
2.             Mengandung beberapa organ peraba
Otot – otot adductor di dalamnya melekat pada cangkang oleh garis pallial
(Sakinah,2012).

Pada tiram mutiara, jika di antara mantel dan cangkangnya masuk benda asing seperti pasir, lama-kelamaan akan terbentuk mutiara. Mutiara terbentuk karena benda asing tersebut terbungkus oleh hasil sekresi palisan cangkang nakreas. Pelecypoda tidak memiliki kepala. Mulutnya terdapat pada rongga mantel, dilengkapi dengan labial palpus (Sakinah,2012).

3.             Klas Cephalopoda
Cephalopoda (dalam bahasa latin, chepalo = kepala, podos = kaki) merupakan Mollusca yang memiliki kaki di kepala.Anggota Cephalopoda misalnya sotong (Sepia officinalis), cumi-cumi (loligo sp.), dan gurita (Octopus sp.)Hidup Cephalopoda seluruhnya di laut dengan merayap atau berenang di dasar laut (Sakinah,2012).

Pada klas ini kepala lebih berkembang, begitupun dengan mata, ditambah dengan sejumlah lengan yang dilenkapi dengan alat penghisap.Cephalopoda bergerak cepat dengan berenang. Kebanyakan Cephalopoda memiliki organ pertahanan berupa kantong tinta. Kantong tinta berisikan cairan seperti tinta berwarna coklat atau hitam yang terletak di ventral tubuhnya. Tinta ini akan di keluarkan jika hewan ini merasa terancam dengan cara menyemburkannya. Cephalopoda memiliki kaki berupa tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsanya (Sakinah,2012).

Cephalopoda memiliki sistem saraf yang berpusat di kepalanya menyerupai otak. Untuk reproduksi hewan ini berlangsung secara seksual. Cephalopoda memiliki organ reproduksi berumah dua (dioseus).Pembuahan berlangsung secra internal dan menghasilkan telur. Makananya berupa kepiting atau invertebrata lainnya. Sebagai hewan pemangsa, hampir semua (Sakinah,2012).

Pada klas ini terbagi atas  beberapa ordo diantaranya Ordo Nautiloidea, Ordo Teuthida, dan Ordo Sepiiha.
a.              Ordo Nautiloidea
Merupakan satu-satunya jenis organisme dari klaas ini yang cangkangnya di luar. Pergerakan dengan mengandalkan pengapungan dari ronga-rongga kosong dalam cangkang. Contoh: Nautilus sp, dan contoh salaha satu jenisnya beserta klasifikasi Nautilus pompilus.

b.             Ordo Teuthida
Merupakan jenis cumi-cumi dengan cangkang yang tereduksi dan tipis. Tubuhnya memanjang dengan 10 lengan dan cangkang chitin berbentuk pena yang terletak di atas visceral mass. Contoh: Loligo vulgaris.

c.              Ordo Sepiiha
Ordo ini merupakan jenis sotong (cuttlefish). Pergerakan lebih lambat dari pada cumi-cumi, punggung lebih pipih, namun mempunyai cangkang yang lebih besar dan tebal
(Sakinah,2012).
.
C.           Insekta
Insecta (dalam bahasa latin, insecti = serangga).Banyak anggota hewan ini sering kita jumpai disekitarkita, misalnya kupu-kupu, nyamuk, lalat, lebah, semut, capung, jangkrik, belalang,dan lebah.Ciri
khususnya adalah kakinya yang berjumlah enam buah.Karena itu pula sering juga disebut hexapoda (Surya,2007).
Insecta dapat hidup di bergagai habitat, yaitu air tawar, laut dan darat.Hewan ini merupakan satu-satunya kelompok invertebrata yang dapat terbang.Insecta ada yang hidup bebas dan ada yang sebagai parasit.Tubuh Insecta dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kaput, toraks, dan abdomen.Kaput memiliki organ yang berkembang baik, yaitu adanya sepasang antena, mata majemuk (mata faset), dan mata tunggal(oseli).Insecta memiliki organ perasa disebut palpus.Insecta yang memiliki syap pada segmen kedua dan ketiga.Bagian abdomen Insecta tidak memiliki anggota tubuh.Pada abdomennya
terdapat spirakel, yaitu lubang pernapasan yang menuju tabung trakea.Trakea merupakan alat pernapasan pada Insecta.Pada abdomen juga terdapat tubula malpighi, yaitu alt ekskresi yang melekat pada posterior saluran pencernaan.Sistem sirkulasinya terbuka.Organ kelaminnya dioseus
(Surya,2007).

Klasifikasi Insekta
Berdasarkan ada tidaknya sayap, insekta dikelompokkan menjadi dua sub kelas yaitu :

1. Insekta tidak bersayap, Insekta ini dikelompokkan dalam sub kelas Apterygota.

2. Insekta bersayap dikelompokkan dalam sub kelas Pterygota.
I.              Sub kelas Apterygota.
Sub kelas Apterygota ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.             Tidak bersayap.
2.             Tidak mengalami metamorfosis (ametabola).
3.             Tipe mulutnya menggigit.
4.             Batas antara kepala, dada, dan perut tidak jelas.
5.             Antenanya panjang tidak beruas-ruas.
Contoh speciesnya yaitu kutu buku (Lepisma sacharina).Kutu buku dapat merusak buku karena dapat mengeluarkan enzim selulase.
II.           Sub kelas Pterygota.
Sub kelas Pterygota ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.             Memiliki sayap.
2.             Mengalami metamorfosis.
3.             Tipe mulutnya bervariasi.
Berdasarkan asal tumbuhnya sayap sub kelas Pterygota dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :
a.             Eksopterygota, adalah kelompok Insekta yang sayapnya berasal dari tonjolan luar dinding tubuh.Berdasarkan tipe sayap, tipe mulut, dan metamorfosisnya, eksopterygota dibedakan menjadi beberapa ordo yaitu ordo Isoptera, ordo Orthoptera, ordo Hemiptera, ordo Odonata.
b.             Endopterygota, adalah kelompok Insekta yang sayapnya berasal dari tonjolan kearah dalam dinding tubuh. Berdasarkan tipe sayap, tipe mulut, dan metamorfosisnya, endoptrygota dibedakan menjadi beberapa ordo yaitu ordo Coleoptera, ordo Hymenoptera, ordo Diftera, ordo Lepidoptera, ordo Shiponaptera.

III.        Sub Kelas Pterygota : Eksopyterygota

a.             Ordo Isoptera

Isoptera berasal dari bahasa Latin iso = sama, pteron = sayap yang berarti Insekta bersayap sama.Ciri-ciri lain yang dimiliki oleh ordo Isoptera adalah :
1.             Memiliki dua pasang sayap tipis yang tipe dan ukurannya sama.
2.             Mengalami metamorfosis tidak sempurna.
3.             Tipe mulut menggigit.
Cara hidupnya membentuk koloni dengan sistem pembagian tugas tertentu yang disebut polimorfisme. Pembagian tugas itu adalah raja, ratu dan prajurit atau tentara.
Contoh : Helanithermis sp. (rayap).

b.             Ordo Orthoptera

Orthoptera berasal dari bahasa Latin orthop = lurus, pteron = sayap yang berarti Insekta bersayap lurus. Ciri-ciri lain yang dimiliki oleh ordo orthoptera adalah :
1.             Memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan dan sayap belakang. Sayap bagian depan lurus, lebih tebal, dan kaku (perkamen), sedangkan sayap belakang tipis seperti selaput.
2.       Mengalami metamorfosis tidak sempurna.
3.       Tipe mulut menggigit.
4.       Kaki paling belakang (kaki ketiga membesar).
Contoh : Kecoa (Periplaneta americana)
               Jangkrik (Grillus sp.).
               Belalang sembah (Tenodora sp.).
c.              Ordo Hemiptera

Ciri-ciri lain yang dimiliki oleh ordo hemiptera adalah :
1.             Memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan satu pasang seperti berkulit dan sayap belakang transparan.
2.             Mengalami metamorfosis tidak sempurna.
3.             Tipe mulut menusuk dan menghisap.
Contoh : Kutu busuk (Cymex rotundus).
               Walang sangit (Leptocorisa acuta).

d. Ordo Odonata.

Ciri-ciri yang dimiliki oleh ordo homoptera adalah :
Memiliki dua pasang sayap tipis seperti selaput.
Mengalami metamorfosis tidak sempurna.
Tipe mulut menggigit.
Contoh : Capung (Aesha sp.)
IV.        Sub Kelas Pterygota : Endopterygota

a.             Ordo Coleoptera

Coleoptera berasala dari bahasa Latin coleos = perisai, pteron = sayap, berarti insekta bersayap perisai.

Ciri-ciri ordo Coleoptera adalah :
1.             Memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan dan sayap belakang. Sayap depan tebal dan permukaan luarnya halus yang mengandung zat tanduk sehingga disebut elytra, sedangkan sayap belakang tipis seperti selaput.
2.             Mengalami metamorfosis sempurna.
3.             Tipe mulut menggigit.
Contoh : Kumbang kelapa (Oycies rhinoceros), Kutu gabah (Rhyzoperta dominica) .
b.             Ordo Hymenoptera

Ciri-ciri ordo hymenoptera adalah :
1.             Mengalami metamorfosis sempurna.
2.             Tipe mulut menggigit dan ada yang kombinasi untuk menggigit dan menjilat.
Contoh : Lebah madu (Apis), tawon (Xylocopa latipes), semut hitam (Monomorium sp.).
c.              Ordo Diptera

Ciri-ciri ordo diptera adalah :
1.             Memiliki satu pasang sayap depan dan sayap belakang mengalami redukasi membentuk halter (alat keseimbangan).
2.             Mengalami metamorfosis sempurna.
3.             Tipe mulut menusuk dan menghisap serta menjilat.
4.             Dan memiliki tubuh ramping.
Contoh : Nyamuk rumah (Culex pipiens), nyamuk malaria (Anopheles sp.), nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti), lalat buah (Drosophila melanogaster), lalat tsetse (Glossina palpalis).
d.             Ordo Lepidoptera

Ciri-ciri ordo Lepidoptera adalah :
1.             Memiliki dua pasang sayap yang bersisik halus.
2.             Mengalami metamorfosis sempurna.
3.             Tipe mulut pada tahap larva menggigit, sedangkan pada tahap dewasa menghisap.
4.             Mata fasetnya besar.
Contoh : Kupu-kupu Swallowtail, kupu-kupu sutera (Bombyx mori), kupu-kupu elang     (Acherontia atropos).
e.              Ordo Shiponaptera

Ciri-ciri ordo shiponaptera adalah :
1.             Tidak memiliki sayap.
2.             Mengalami metamorfosis sempurna.
3.             Tipe mulut menusuk dan menghisap.
4.             Kakinya pipih panjang dan digunakan untuk meloncat.
Contaoh : Kutu manusia (Pulex irritans), kutu kucing (Stenossphalus felic).

f.  Ordo Dermaptera

Ciri-ciri ordo dermaptera adalah :
1.             Memiliki dua pasang sayap (satu pasang seperti berkulit, dan satu pasang bermembran), atau tidak bersayap.
2.             Mengalami metamorfosis sempurna.
3.             Tipe mulut menggigit.
Contoh : Earwig
(Surya,2007).
D.           AMFIBI DAN REPTILIA
Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di darat. Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada umumnya, amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan. ( Zug, 1993)
Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Pada fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru. Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan menghilang. Pada anura, tidak ditemukan leher sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak dengan cara melompat. (Zug, 1993)
Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang baik. Pada mata terdapat membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari debu, kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau perekat. Walaupun demikian, tidak semua amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan perairan ke daratan. Pada beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae, tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa. Selama hidup tetap dalam fase berudu, bernafas dengan insang dan berkembang biak secara neotoni. Ada beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya berada di daratan, tetapi pada waktu tertentu kembali ke air untuk berkembang biak. Tapi ada juga beberapa jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada kelompok ini tidak terdapat stadium larva dalam air. (Duellman and Trueb, 1986)
Adapun ciri-ciri umum anggota amphibia adalah sebagai berikut:
1.             Memilliki anggota gerak yang secara anamotis pentadactylus, kecuali pada apoda yang anggota geraknya terduksi.
2.             Tidak memiliki kuku dan cakar, tetapi ada beberapa anggota amphibia yang pada ujung jarinya mengalami penandukan membentuk kuku dan cakar, contoh Xenopus sp..
3.             Kulit memiliki dua kelenjar yaitu kelenjar mukosa dan atau kelenjar berbintil ( biasanya beracun).
4.             Pernafasan dengan insang, kulit, paru-paru.
5.             Mempunyai sistem pendengaran, yaitu berupa saluran auditory dan dikenal dengan tympanum.
6.             Jantung terdiri dari tiga lobi ( 1 ventrikel dan 2 atrium)
7.             Mempunyai struktur gigi, yaitu gigi maxilla dan gigi palatum.
8.             Merupakan hewan poikiloterm.
(Duellman and Trueb, 1986)
Ordo Class Amfibia :
a.              Ordo Caecilia ( Gymnophiona)
Ordo ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor. Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Caecilia terjadi secara internal. ( Webb et.al, 1981)
Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae. Famili Caecilidae mempunyai 3 subfamili yaitu Dermophinae, Caecilinae dan Typhlonectinae. ( Webb et.al, 1981)
Famili yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang. Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air sebelum metamorphosis. Anggota famili ini yang ditemukan di indonesia adalah Ichtyophis sp., yaitu di propinsi DIY.
b.             Ordo Urodela
Urodela disebut juga caudata. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa (Pough et. al, 1998).
Urodella mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea, Cryptobranchoidea dan Salamandroidea. Sub ordo Sirenidae hanya memiliki 1 famili yaitu Sirenidae, sedangkan sub ordo Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu Cryptobranchidae dan Hynobiidae. Sub ordo Salamandroidea memiliki 7 famili yaitu Amphiumidae, Plethodontidae, Rhyacotritoniade, Proteidae, Ambystomatidae, Dicamptodontidae dan Salamandridae  ( Pough et. al., 1998).
c.              Ordo Proanura
Anggota-anggota ordo ini tidak dapat diketemukan atau dapat dikatakan telah punah. Anggota-anggota ordo ini hidupnya di habitat akuatik sebagai larva dan hanya sedikit saja yang menunjukkan perkembangan ke arah dewasa. Ciri-ciri umumnya adalah mata kecil, tungkai depan kecil, tanpa tungkai belakang, kedua rahang dilapisi bahan tanduk, mempunyai 3 pasang insang luar dan paru-paru mengalami sedikit perkembangan. Amphibi ini tidak menunjukkan adanya dua bentuk dalam daur hidupnya (Duellman and Trueb, 1986).
d.             Ordo Anura
Nama anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada beberapa famili terdapat selaput diantara jari-jarinya. Membrana tympanum terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal  (Duellman and Trueb, 1986).
Ordo Anura dibagi menjadi 27 famili, yaitu:
Ascaphidae, Leiopelmatidae, Bombinatoridae
Discoglossidae, Pipidae, Rhinophrynidae,
Megophryidae, Pelodytidae, Pelobatidae,
Allophrynidae, Bufonidae, Branchycephalidae,
Centrolenidae, Heleophrynidae, Hylidae,
Leptodactylidae, Myobatrachidae, Pseudidae,
Rhinodermatidae, Sooglossidae, Arthroleptidae,
Dendrobatidae, Hemisotidae, Hyperoliidae,
Microhylidae, Ranidae, Rachoporidae,
( Pough et. al.,1998)
Ada 5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae, Ranidae, Microhylidae dan Rachoporidae. Adapun penjelasan mengenai kelima famili tersebut adalah sebagai berikut:
1.             Bufonidae
Famili ini sering disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar dan berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan terdapat pematang di kepala. Mempunyai tipe gelang bahu arciferal. Sacral diapophisis melebar. Bufo mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak memiliki gigi. Tungkai belakang lebih panjang dari pada tungkai depan dan jari-jari tidak mempunyai selaput. Fertilisasi berlangsung secara eksternal. Famili ini terdiri dari 18 genera dan kurang lebih 300 spesies. Beberapa contoh famili Bufo yang ada di Indonesia antara lain: Bufo asper, Bufo biporcatus, Bufo melanosticus dan Leptophryne borbonica. ( Eprilurahman, 2007 )
2.             Megophryidae
Ciri khas yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk di atas matanya, yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada umumnya famili ini berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya lambat dan kurang lincah. Gelang bahu bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran tinggi. Pada fase berudu terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk mencari makan di permukaan air. Adapun contoh spesies anggota famili ini adalah Megophrys montana dan Leptobranchium hasselti. ( Eprilurahman, 2007)
3.             Ranidae
Famili ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya relatif ramping. Tungkai relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk membantu berenang. Kulitnya halus, licin dan ada beberapa yang berbintil. Gelang bahu bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada pematang seperti pada Bufo. Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti parut di bagian maxillanya. Sacral diapophysis gilig. Fertilisasi secara eksternal dan bersifat ovipar. Famili ini terdiri dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya adalah: Rana chalconota, Rana hosii, Rana erythraea, Rana nicobariensis, Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis, Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana. ( Eprilurahman, 2007 )

4.             Microhylidae
Famili ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif panjang dibandingkan dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan mandibulanya, tapi beberapa genus tidak mempunyai gigi. Karena anggota famili ini diurnal, maka pupilnya memanjang secara horizontal. Gelang bahunya firmisternal. Contoh spesiesnya adalah: Microhyla achatina. ( Eprilurahman, 2007)
5.             Rachoporidae
Famili ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai kulit yang kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil. Tipe gelang bahu firmisternal. Pada maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi palatum. Sacral diapophysis gilig. Berkembang biak dengan ovipar dan fertilisasi secara eksternal. ( Eprilurahman, 2007)
Amphibi muncul pada pertengahan periode Jura, pra era Paleozoik sebagai vertebrata yang tertua. Kebanyakan Amfibi adalah hewan tropis, karena sifatnya yang poikiloterm atau berdarah dingin. Amphibi memerlukan sinar matahari untuk mendapatkan panas ke tubuhnya, karena tidak bisa memproduksi panas sendiri. Oleh karena itu banyak amphibi yang ditemukan di wilatah tropis dan sub tropis, termasuk di seluruh indonesia.
Amphibi umumnya merupakan makhluk semi akuatik, yang hidup di darat pada daerah yang terdapat air tawar yang tenang dan dangkal. Tetapi ada juga amphibi yang hidup di pohon sejak lahir sampai mati, dan ada juga yang hidup di air sepanjang hidupnya. Amphibi banyak ditemukan di areal sawah, daerah sekitar sungai, rawa, kolam, bahkan di lingkungan perumahan pun bisa ditemukan.
Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada anura pada umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan secara eksternal dilakukan di dalam perairan yang tenang dan dangkal. Di musim kawin, pada anura ditemukan fenomena unik yang disebut dengan amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih kecil menempel di punggung betina dan mendekap erat tubuh betina yang lebih besar. Perilaku tersebut bermaksud untuk menekan tubuh betina agar mengeluarkan sel telurnya sehingga bisa dibuahi jantannya. Amplexus bisa terjadi antara satu betina dengan 2 sampai 4 pejantan di bagian dorsalnya dan sering terjadi persaingan antar pejantan pada musim kawin. Siapa yang paling lama bertahan dengan amplexusnya, dia yang mendapatkan betinanya. Amphibi berkembang biak secara ovipar, yaitu dengan bertelur, namun ada juga beberapa famili amphibi yang vivipar, yaitu beberapa anggota ordo apoda. (Duellman and Trueb, 1986)

E.            PISCHES

Ciri utama Pisces sebagai berikut:
1.             Hewan berdarah dingin yang hidup di dalam air.
2.             Bernapas dengan insang (operculum) dan di bantu oleh kulit .
3.             Tubuh terdiri atas Kepala.
4.             Rangka tersusun atas tulang sejati.
5.             Jantung terdiri atas satu serambi dan satu bilik.
6.             Tubuh ditutupi oleh sisik dan memiliki gurat sisi untuk menentukan arah dan posisi berenang.
Pisces dapat di bagi menjadi beberapa ordo antara lain:
a.              Ordo Apodes
Familia : Angulidae Species : Ikan panjang (Arguilia vulgaria)
Familia : Muruenidae
b.             Ordo Acthopterygi
Familia : Parsidae Species : Kakap (Lataes carca lifer)
Familia : Muruenidae
c.              Ordo Heterostonata Species : Ikan lidah
d.             Ordo Labysinthici
Famili : Analamtidal Species : ikan bandeng (lates carca lifer)
Familia : scombridae Species : tongkol (enthymus palamys)
e.              Ordo Masacop Terygii
Famili : chipeidae Species : ikan bandeng (chonos-chonos)
Famili : ikan salam (salmosalor)
f.              Ordo Ostariophysi
Familia : analamtidal Species : kakap (lates carca lifer)
Famili : scmbridae
(Anonim 3,2011).
Pisces merupakan vertebrata akuatik dan bernapas dengan insang (beberapa jenis ikan bernapas melalui alat tambahan berupa modifikasi gelembung renang/gelembung udara). Mempunya otak yang terbagi menjadi regio-regio. Otak itu dibungkus dalam kranium yang berupa kartilago atau tulang rawan. Ada sepasang mata, kecuali ikan-ikan siklomata, mulut ikan disokong oleh rahang (Brotowidjoyo, 1989).
Pisces atau ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes).


F.            Echinodermata
Echinodermata berasal dari kata echinos yng berarti berduri dan derma yang berarti kulit, jadi Echinodermata adalah hewan berkulit duri.Habitatnya dilaut, terutama di mintakat bentik. Termasuk kedalam filum echinodermata antara lain bintang laut, bulu babi dan teripang. Umumnya berukuran besar, yang terkecil berukuran 1 cm. Terdapat 6.750 spesies yang hidup, tetapi keanekaragamannya pada masa kini lebih rendah dibanding dengan jenis-jenis pada era paleozoikum. Echinodermata berasal dari bahasa yunani Echinus berati landak, dan derma berarti kulit.  Hal ini disebabkan blu babi mempunya duri-duri panjang seperti landak (Radiopoetra, 1996).
Bentuk tubuh, struktur anatomi dalam dan luar echinodermata  sangat khas. Bentuk tubuh simetri radial 5 penjuru, meskipun echinodermata termasuk divisi bilateria. Sebenarnya pada waktu larva mempunya bentuk tubuh simetri bilateral dan hidup sebagai plankton, tetapi pada akhir stadium larva mengalamu metamorfosa menjadi simetri radial (Radiopoetra, 1996).
Echinodermata tidak mempunya kepala, tubuh tersusun dalam sumbu oral-aboral. Tubuh tertutup epidermis tipis yang menyelubungi rangka mesodermal. Rangka di dalam dan terdiri atas ossicle atau pelat-pelat kapur yang dapat digerakkan. Bentuk dan letak ossicle tiap jenis adalah khas (Radiopoetra, 1996).
Permukaan tubuh terbagi menjadi 5 bagian yang simetris, terdiri atas daerah ambulakra tempat menjulurnya kaki tabung, dan daerah interambulakra (interadii) yang tidak ada kaki tabungnya. Dalam perkembangannya sebagian rongga tubuh menjadi sistem pembuluh air (water-vascular system) yang tidak terdapat pada avertebtara lain. Saluran air ini terdiri atas madreporit, saluran batu ( Stone canal), saluran cincin (ring canal), saluran radial 9radial canal), saluran lateral (lateral canal), ampula dan kaki tabung. Beberapa echinodermata mempunya kantong polian (polian vesicle) pada saluran cincin (Radiopoetra, 1996).
Semua jenis echinodermata hidup dilaut, mulai dari daerah litoral sam[ai kedalaman 6.000 m. Daerah Indo pasifik terutama sekitar Filipina, Kalimantan, dan Papua merupakan daerah yang kaya akan jelly laut, timun laut, dan bintang mengular (Radiopoetra, 1996).
G.           PORIFERA
(Ane,2011).
Berdasarkan bahan penyusun rangkanya, porifera diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu Hexactinellida atau Hyalospongiae, Demospongiae, dan Calcarea (Calcisspongiae).
1.  Hexactinellida (Hyalospongiae.
Hexactinellida (dalam bahasa yunani, hexa = enam) atau Hyalospongiae (dalam bahasa yunani, hyalo = kaca/transparan, spongia = spons) memiliki spikula yang tersusun dari silika.Ujung spikula berjumlah enam seperti bintang.Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk vas bunga atau mangkuk.Tinggi tubuhnya rata-rata 10-30 cm dengan saluran tipe sikonoid.Hewan ini hidup soliter di laut pada kedalaman 200 – 1.000 m.Contoh Hexactinellida adalah Euplectella (Ane,2011).

2.             Demospongiae

Demospongiae ( dalam bahasa yunani, demo = tebal, spongia = spons) memiliki rangka yang tersusun dari serabut spongin.Tubuhnya berwarna cerah karena mengandung pigmen yang terdapat pada amoebosit.Fungsi warna diduga untuk melindungi tubuhnya dari sinar matahari.Bentuk tubuhnya tidak beraturan dan bercabang.Tinggi dan diameternya ada yang mencapai lebih dari 1 meter.Seluruh Demospongiae memiliki saluran air tipe Leukonoid.Habitat Demospongiae umumnya di laut dalam maupun dangkal, meskipun ada yang di air tawar.Demospongiae adalah satu-satunya kelompok porifera yang anggotanya ada yang hidup di air tawar.Demospongiae merupakan kelas terbesar yang mencakup 90% dari seluruh jenis porifera.Contoh Demospongiae adalah spongia, hippospongia dan Niphates digitalis
(Ane,2011).

3.             Calcarea (Calcisspongiae)

Calcarea (dalam latin, calcare = kapur) atau Calcispongiae (dalam latin, calci = kapur, spongia = spons) memiliki rangka yang tersusun dari kalsium karbonat.Tubuhnya kebanyakan berwarna pucat dengan bentuk seperti vas bunga, dompet, kendi, atau silinder.Tinggi tubuh kurang dari 10 cm.Struktur tubuh ada yang memiliki saluran air askonoid, sikonoid, atau leukonoid.
Calcarea hidup di laut dangkal, contohnya sycon, Clathrina, dan Leucettusa lancifer (Ane,2011).

H.           CNIDARIA
Cnidaria adalah sebuah filum besar terdiri dari beberapa yang paling indah dari semua organisme garam dan air tawar: ubur-ubur sejati, kotak ubur-ubur, karang dan anemon laut, dan ular naga. Meskipun Cnidaria adalah kelompok sangat beragam hewan, ada beberapa ciri yang menghubungkan mereka bersama-sama  (Anonim 4,2012).
Cnidaria Kebanyakan dipoblastic, yang berarti bahwa mereka terdiri dari dua lapisan sel. Lapisan luar ini dikenal sebagai ektoderm atau epidermis dan lapisan dalam disebut endoderm atau gastrodermis. Lapisan ini berisi jaring saraf yang mengontrol fungsi otot dan indera binatang. Antara lapisan ini adalah zat seperti jelly noncellular dikenal sebagai mesoglea, yang pada ubur-ubur benar merupakan sebagian besar hewan (maka nama umum mereka). Dalam spesies lain, mesoglea mungkin hampir tidak ada. Semua cnidaria memiliki pembukaan tunggal ke dalam tubuh yang bertindak baik sebagai mulut dan anus, mengambil dalam makanan dan mengusir limbah. Dalam sebagian besar spesies mulut dipagari dengan tentakel yang bertindak untuk menangkap makanan. Mulut mengarah ke rongga tubuh yang dikenal sebagai coelenteron, di mana makanan yang dicerna. Ini rongga tubuh telah memberikan filum ini lainnya, kurang umum digunakan, nama Coelenterata (Anonim 4,2012).
Cnidaria memiliki siklus hidup kompleks yang, tergantung pada spesies, bisa bergantian antara dua bentuk. Bentuk pertama dikenal sebagai polip, yang sessile (berlabuh ke satu tempat). Polip adalah berbentuk tabung dalam bentuk, dengan mulut, sering dilapisi dengan tentakel, menghadap ke atas. Tubuh sering berisi jenis kerangka yang dapat mengelilingi jaringan (exoskeleton) atau dikelilingi oleh jaringan (endoskeleton). Kerangka ini dapat terdiri dari mineral seperti kalsium karbonat, dan / atau dapat terdiri dari bahan organik seperti kitin. Polip juga memiliki kerangka hidrostatik, dimana otot-otot dalam pekerjaan endoderm terhadap cairan yang terkandung dalam coelenteron, sehingga memperluas polip (Anonim 4,2012).
Kerangka hidrostatik juga hadir dalam tentakel, yang memungkinkan mereka untuk diperpanjang untuk menangkap makanan. Polip sering membentuk koloni besar, di mana suatu sifat yang dikenal sebagai polimorfisme mungkin terjadi: polip berbagai koloni dapat mengambil peran khusus. Misalnya, satu polip hanya dapat digunakan untuk pertahanan, sementara yang lain digunakan untuk reproduksi dan satu lagi untuk menangkap makanan. Tidak semua polip melakukan hal ini, bagaimanapun, dan dapat hidup soliter. Beberapa cnidaria, seperti karang yang benar dan anemon laut, hidup seluruh hidup mereka dalam tahap polip dan tidak berubah bentuknya menjadi bentuk kedua, yang dikenal sebagai medusa (Anonim 4,2012).
Dalam ubur-ubur yang benar dan ubur-ubur kotak, medusa adalah bentuk yang paling menonjol. Mereka bebas-mengambang atau berenang bebas, dengan mesoglea memberikan daya apung. Medusa umumnya memiliki kerangka hanya hidrostatik, yang memungkinkan otot untuk bekerja melawan cairan dalam coelenteron untuk mengaktifkan medusa yang berenang. Siklus hidup cnidaria yang mengandung kedua polip dan bentuk medusa berjalan umumnya sebagai berikut: medusa dewasa bereproduksi secara seksual, menciptakan, kecil bersilia (silia adalah rambut kecil yang mengalahkan bolak-balik, yang memungkinkan untuk bergerak) larva planula dikenal sebagai sebuah. Planula itu akhirnya mengendap di dasar laut dan berubah menjadi polip. Polip kemudian dapat bereproduksi secara aseksual, umumnya menggunakan salah satu dari dua cara: ia dapat terbagi dua, menciptakan dua klon yang asli, atau dapat membentuk koloni, di mana polip baru tidak terpecah dari aslinya tetapi tampaknya tumbuh dari sisinya. Kemudian, tergantung pada spesies, medusa dapat dibentuk secara aseksual dari polip, atau, seperti yang terjadi dengan ubur-ubur kotak, polip itu sendiri dapat bermetamorfosis menjadi medusa, dan siklus dimulai lagi (Anonim 4,2012).
Sebagaimana disebutkan di atas, siklus ini adalah umum untuk ubur-ubur dan ubur-ubur kotak. Karang dan anemon laut tetap menjadi polip. Para hydrozoans merupakan yang paling beragam ketika datang ke siklus hidup: beberapa spesies dapat terdiri dari polip dan medusa baik, sementara yang lain polip-bebas, yang hanya medusa, dan yang lain adalah medusa bebas, menjadi polip saja (Anonim 4,2012).
Cnidaria umumnya karnivora di alam, tetapi beberapa spesies, seperti karang, mendapatkan beberapa makanan mereka dari simbion khusus (organisme yang diuntungkan dan menguntungkan organisme dengan mereka) yang hidup dalam diri mereka. Ada dua jenis utama simbion: zooxanthellae, yang protista fotosintetik (organisme bersel tunggal) yang dikenal sebagai dinoflagellata, dan zoochlorellae, yang alga fotosintetik. Ini simbion menangkap energi dari matahari untuk menghasilkan gula yang kemudian diteruskan kepada tuan rumah mereka sebagai sumber makanan. Tidak semua cnidaria memiliki makhluk-makhluk bagaimanapun, dan dengan demikian harus menangkap makanan mereka sendiri. Karena cnidaria paling tidak memiliki alat indera seperti mata, diperkirakan mereka berburu secara pasif: yaitu, mereka hanya melambaikan tentakel mereka dan berharap kuas sesuatu dekat. Ketika mangsa tidak datang dalam kontak dengan tentakel, struktur khusus yang dikenal sebagai api nematocysts seperti senapan harpun ke dalam daging organisme, baik menyuntikkan racun yang melumpuhkan dan / atau membunuh mangsanya, atau melibatkan mangsanya (Anonim 4,2012).
Nematocysts yang umum di semua cnidaria, dan merupakan sifat yang utama yang memisahkan filum ini dari yang lain. Ada sekitar 20-30 jenis nematocysts tahu sampai saat ini yang membantu membedakan antara berbagai kelas. Nematocysts hanya salah satu dari tiga jenis struktur yang terletak di dalam sel-sel dari tentakel dan / atau lapisan mulut yang dikenal sebagai cnidae (yang adalah bagaimana filum ini diberi nama). Dua lainnya jenis ini dikenal sebagai spirocysts dan ptychocysts. Mereka semua bekerja di dasarnya dengan cara yang sama: ketika cnida menerima sinyal fisik atau kimia yang sesuai, penutup dikenal sebagai operkulum tersebut akan dipindahkan kembali, memungkinkan struktur berongga dikenal sebagai tubulus untuk menembak. Tubulus ini mungkin berisi racun (seperti halnya dengan nematocysts), perekat yang menempel pada mangsa (spirocysts), atau mungkin hanya melibatkan bit lumpur yang kemudian membentuk jenis lumpur "rumah" di sekitar organisme (ptychocysts - hanya ditemukan di satu urutan kelas anemon dan koral). Setelah cnida telah dipecat, tidak bisa lagi digunakan (Anonim 4,2012).
Kebanyakan cnidaria laut di alam, ditemukan dari perairan dangkal ke kedalaman jurang. Beberapa spesies hydrozoans dapat ditemukan di kolam air tawar dan danau.
Beberapa ahli mengakui hanya tiga kelas cnidaria, tapi hari ini secara umum diterima bahwa ada empat, dengan ubur-ubur kotak, yang sebelumnya dikelompokkan dengan ubur-ubur sejati, sebagai tambahan terbaru. Ada sekitar 9200 spesies dalam 4 kelas:
Description: http://www.angelfire.lycos.com/doc/images/ballsq/blueball.gifAnthozoa (karang benar, anemon laut, laut pena) 6000 spp
Description: http://www.angelfire.lycos.com/doc/images/ballsq/blueball.gifCubozoa (ubur-ubur kotak) 20 spp
Description: http://www.angelfire.lycos.com/doc/images/ballsq/blueball.gifHydrozoa (air tawar hydra, karang api) 3000 spp
Description: http://www.angelfire.lycos.com/doc/images/ballsq/blueball.gifScyphozoa (ubur-ubur sejati) 200 spp                                                         (Anonim 4,2012).






BAB III
METODE
A.           BAHAN
1.             Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum lapangan ini adalah :
2.             Tembakau satu ons
3.             Sterofoam
4.             Alkohol 70 %  secukupnya
5.             Kristal Menthol
6.             Eter
7.             Formalin
8.             Syringe 10 buah

B.            ALAT
1.             Sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum lapangan  adalah
2.             Kertas papilot 40 buah
3.             Botol flakton 5
4.             Kuas 1
5.             Pinset 2
6.             Kiling botle ( karet gelang, kapas, kertas manila )
7.             Plastik ukuran 2 kg 30 buah
8.             Kertas label 1 set
9.             Tabel data avifauna, molusca, arthropoda, herpetofauna, masing-masing 5
10.         Alat tulis
11.         Clip board
12.         Kamera digital
13.         Botol jam 5
14.         Kertas karding
15.         Jarum petul
16.         Cutter,gutting

Alat dan bahan di atas merupakan alat dan bahan yang harus di penuhi dan dalam melaksanakan praktikum lapangan .Karena memeliki fungsi masing-masing untuk terlaksananya kehiatan praktikum lapangan. Fungsi dari alat dan bahan tersebut antara lain :
1.             Sweepnet  digunakan sebagai alat untuk mempermudah menangkap serangga. Killing bottle digunakan untuk menyimpan sementara serangga-serangga kecil. Kertas papilot untuk menempaykan kupu-kupu dan  capung. Pinset digunakan untuk menangakap hewan-hewan laut yang berada di celah celah karang.
2.             Botol flakon untuk menyimpan alcohol.sedangkan pada bahan klorofom dan formalin digunakan untuk mengawetkan hewan yng telah ditangkap kemudian hewan yang telah di beri formalin dan klorofom di masukan ke dalam botol kaca.namun pada serangga di tempelkan pada sterofom dan di buat insectarium.


C.           CARA KERJA

Kegiatan praktikum lapangan dilakukan di temapt yang berbeda, namun terbagi atas dua yaitu : di Persawahan dan di Pantai . Dengan demikian hewan yang akan di buat berbeda sehingga cara kerjanya pun berbeda.

1.             Daerah pesawahan piyungan

1.             Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk kegiatan praktikum
2.             Menangkap serangga dengan sweepnet dan herpetofauna seperti kadal dan kodok dengan tangan langsung
3.             Setelah serangga dan herpetofauna di tangkap  kemudian dilakukan sampling pada hewan tersebut
4.             Untuk serangga sampling dilakukan dengan pada kuku-kupu dilipatkan pada kertas papilot, serangga kecil dimasukan ke dalam killing bottle.
5.             Untuk herpetofauna sampling dengan dimasukakan kedalam plastic
6.             Kemudian di reservasi setelah disampling pada serangga dengan insectarium, sedangkan pada herpetofauna disuntikan dengan alcohol kemudian di masukan kedalam  botol kaca alcohol 70%  
7.             Mencatat hasil pengamatan hewan yang di dapat ke dalam tabel yang telah disediakan (jenis dan kemelimpahannya)

2.             Pantai Indrayanti

1.             Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk kegiatan praktikum
2.             Melakukan pengamatan hewan yang ada di pantai sundak
3.             Setelah diamati  kemudian dilakukan sampling pada hewan tersebut
4.             Untuk sampling dilakukan menggunakan pinset, sperti pada bulu babi, Chitonsp, nereis sp dan lain lain
5.             Kemudian hewan yang didapat dimasukkam ke dalam plastic atau ember
6.             Kemudian di reservasi setelah disampling pada hewan laut dimasukkan kedalam botol kaca yang berisi alcohol dan air laut dengan perbandingan 1:9 (untuk mollusca), sedangkan pada echinodermata dengan alcohol 70%.
7.             Mencatat hasil pengamatan hewan yang di dapat ke dalam tabel yang telah disediakan (jenis dan kemelimpahannya).

3.             Pantai Baron

1.             Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk kegiatan praktikum.
2.             Melakukan pengamatan secara langsung terhadap pisces, gastrooda laut, dan hewan laut lainnya di pelelangan ikan.
3.             Mencatat hasil pengamatan terhadap pisces dan gastropoda laut kedalam table yang telah disediakan (jenis, dan kemelimpahannya.)


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.           HASIL

Hasil dari praktikum lapangan Keanekaragaman dan Klasifikasi Hewan II adalah:
1.      Persawahan Piyungan
Tabel 1. Pengamatan Mollusca dan Hemithelminthes
No
Nama Spesies
Jumlah
1
Pila sp.
+++
2
Achantina fulica
+
3
Pherethima sp.
++
4
Bivalvia
+
5
Brotia costula
+


           



Tabel 2. Perbandingan Filum Mollusca dan Hemithelminthes

No
Filum
Jumlah
1
Mollusca
4
2
Annelida
1

           


Tabel 3. Pengamatan Insecta
No
Nama Spesies
Jumlah
1
Orthoptera
+++
2
Mantodea
+
3
Hymenoptera
+
4
Lepidoptera
++
5
Odonata
++
6
Hemiptera
+
7
Diptera
+

           
Tabel 4. Pengamatan Reptil dan Amphibia
No
Nama Spesies
Jumlah
1
Fejervarya limnocharis
+
2
Eutropis multifasciata
+++
3
Bronchocela cristatella
+
4
Dendrelaphis pictus
+
5
Xenochorpis piscator
+
6
Xenochorpis vittata
+
7
Bronchocela jubata
+
8
Fejervarya sp.
+

           
Tabel 5. Perbandingan Amphibia dan Reptilia
No
Class
Jumlah Spesies
1
Amphibia
2
2
Reptilia
6



2.      Pantai Baron
Tabel 6. Pengamatan Pantai Baron
No
Nama Spesies
Jumlah

No
Nama Spesies
Jumlah

1
Udang
+++

24
Ikan Cue
+++

2
Lobster
+++

25
Ikan Mata Sebelah
+++

3
Cumi-cumi
+++

26
Ikan Ekor Kuning (Baruna)
++

4
Tongkol Tropong
+++

27
Ikan Gembung
++

5
Kepiting
+++

28
Ikan Tengiri
++

6
Dencis
+++

29
Ikan Kortuning
++

7
Tuna
+++

30
Ikan Mata Belo
+++

8
Kerang
+++

31
Ikan Tongkol Kacangan
++

9
Kakap Merah
+++

32
Ikan Semenyah
+

10
Bawal
+++

33
Sotong
+++

11
Ikan Layur
+++

34
Kakap Weja-weja
+

12
Ikan Kutak Laut
+++

35
Ikan Kakap Belah
+

13
Surong
++

36
Ikan Kakap Remadong
+++

14
Undur-undur
+++

37
Udang Jerbung
+++

15
Nasi Peda
++

38
Ikan Ceblak
++

16
Ikan Vihi
+

39
Ikan Kakap Hitam
+

17
Kakap Batu
++

40
Ikan Luto
+++

18
Ikan Pari
+

41
Ikan Cakalang
++

19
Lobster Air
++

42
Ikan Kakap Asin
+

20
Lobster Batu
+

43
Ikan Giant Traveling
+

21
Kakap Putih
+++





22
Ikan Banyar
+++





23
Ikan Kakap 3 Wajah
++






Tabel 7. Perbandingan Filum Arthopoda, Mollusca dan Chordata
No
Filum
Jumlah Spesies
1.
Arthopoda
7
2.
Mollusca
3
3.
Chordata
33

















3.      Pantai Indrayanti
Tabel 8. Pengamatan Filum Porifera, Mollusca, Echinodermata dan Cnidaria
No.
Phylum
Nama Spesies
1
Porifera
Spongia sp.


Clathria sp.


Acropora sp
   2
Mollusca
Turbo sp.


Cypraea sp.


Conus sp.


Balanus sp.


Nerita sp.


Trochus sp.


Siphonaria sp.
3
Echinodermata
Echinometra sp.
4
Cnidaria
Meandrina sp.


Favites sp.



            Dari ketiga tempat praktikum lapangan yang telah dilakukan dapat di bandingkan semua filum yang ada dengan tabel perbandingan yaitu:

Tabel 9. Perbandingan Filum Dari Persawahan Piyungan, Pantai Baron dan Pantai Indrayanti
No
Filum
Jumlah Spesies
1.
Arthopoda
14
2.
Mollusca
15
3.
Annelida
1
4.
Chordata
41
5.
Porifera
2
6.
Echinodermata
1
7.
Cnidaria
2


Text Box: Ket. :
+     : <15 (Sedikit)
++   : 15-30 (Banyak)
+++: >30 (Melimpah)



B.            PEMBAHASAN

Keanekaragaman dan Klasifikasi Hewan atau Taksonomi Hewan merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang pengelompokan berdasarkan kesamaan bentuk dan fungsi pada tubuh hewan. Tujuan klasifikasi itu sendiri adalah untuk memudahkan mengenali jenis- jenis hewan serta memudahkan komunikasi di dalam biologi. Klasifikasi hewan bersifat dinamis. Hal itu disebabkan beberapa kemungkinan seperti adanya perkembangan pengetahuan tentang hewan, penggunaan karakter yang berbeda dalam klasifikasi. Klasifikasi hewan didasarkan atas persamaan dan perbedaan karakter tertentu pada hewan yang bersangkutan.
Praktikum yang di lakukan dengan mengunjungi 3 wilayah ,yaitu persawahan Piyungan,pantai Baron dan pantai Idrayanti.Pertama,pengamatan di lakukan di persawahan Piyungan dengan mengamati anggota filum Helmol (Helminthes dan Mollusca).Para praktikan mencari spesimen dari anggota filum Helmol,di area persawahan di temukan melimpah Pila sp.(> 30 ),di temukan banyak Pheretima sp. (15-30),juga di temukan spesies lainnya ,namun dalam jumlah sedikit seperti Achantina fulica,Bivalvia,dan Bostia costula. Dengan melimpahnya Pila sp. Mmenandakan bahwa sawah piyungan rentan terhadap serangan hama.Sebab Pila sp. Merugikan bagi petani yang merupakan hama bagi tanaman padi dan sebagai hospes cacing Fasciola hepatica.Di area sawah ini juga di temukan banyak Pheretima,hal ini menunjukkan bahwa lahan sawah tersebut subur.Jika di hitung prosentase nya kelimpahan mollusa mencapai 80% dengan perbandingan 4 : 1.
Kedua,yaitu pengamatan Insekta.Di lihat dari data yang di peroleh,bahwa ordo Orthoptera (belalang) melimpah,kemudian ordo Lepidoptera (kupu-kupu) dan ordo Odonata (capung) pada pengamatan dalam jumlah banyak.Belalang,kupu-kupu,dan capung merupakan insekta pollinator pada area sawah dan sekitarnya.Sehingga tak heran jika di areal persawahan banyak jenis hewan tersebut.Bukan hanya itu,terdapat juga anggota dari ordo Mantodea (belalang sembah),ordo Hymenoptera (tawon dan lebah),Hemiptera dan Diptera (nyamuk,lalat) dalam jumlah sedikit (<15).Ordo Mantodea,Hymenoptera,dan Diptera adalah ordo yang anggota spesiesnya sangat berperan dalam area persawahan,baik sebagai pollinator atau pun dalam rantai makanan di areal persawahan.Namun,kebanyakan anggota ordo Hemiptera adalah pemakan daun meskipun sebagian pemakan Insekta kecil lainnya.Karena jumlahnya sedikit,anggota ordo ini tidak memberi pengaruh buruk pada areal persawahan.
Ketiga,yaitu pengamatan Reptilia dan Amfibi.Di lihat dari data yang di peroleh,bahwa di areal persawahan Piyungan melimpah jenis Eutropis multifasciata (kadal).Hal ini menunjukkan bahwa areal persawahan Piyungan areal yang sesuai untuk kehidupan Eutropis multifasciata ,di mana suhu dan kelembaban di areal tersebut sangat sejuk dan lembab,sehingga sangat sesuai untuk kehidupan kadal.Selain itu ,ditemukan juga bernagai jenis reptilia dan amfibi lainnya seperti Fejervarya limnocharis (kodok),Bronchocela cristatella (kadal jumbai pendek), Dendrelaphis pictus, Xenochorpis piscator, Xenochorpis vittata, Bronchocela jubata (kadal jumbai panjang), Fejervarya sp. (kodok) dalam jumlah yang sedikit.Kodok yang di temukan di areal persawahan sedikit,hal itu di karenakan pengamatan di lakukan pada musim kemarau.Sehingga populasi yang berada di area persawahan sedikit.Sebab ,kodok sangat suka tempat yang lembab dan basah.Di temapat lembab dan basah tersebut,ia menncari nyamuk untuk di makan.Di temukan juga 2 jenis kadal,yaitu kadal jumbai pendek,dan kadal jumbai panjang (Bronchocela jubata).Disebut kadal jumbai panjang karena pada bagian dorsal cephal dan dorsal thorax depan terdapat jumbai yang panjang.Ada 2 jenis Xenochorpis (ular air) yang di temukan, makanan ular ini terutama adalah ikan dan katak.Terdapat di area persawahan karena ular ini pemangsa katak.Jika pengamatan di lakukan pada musim hujan,seiring dengan melimpahnya katak dan kodok,mungkin juga keberadaan spesies ini akan banyak. Ular air ini juga dikenal sangat agresif. Ketika terancam, ular ini cenderung menggigit dan terkadang mengeluarkan bau yang tidak sedap. Meskipun tidak berbisa, tetapi gigitan ular ini bisa menimbulkan luka yang cukup serius.
Pengamatan selanjutnya di pantai Baron.Dipantai,para praktikan mengamati berbagai jenis ikan,mollusca (cumi-cumi ,kerang,undur-undur dan sotong) dan Arthropoda (udang,dll)  yang di jual hasil tangkapan nelayan.Banyak anggota dari filum Arthropoda yang di jual seperti udang,lobster,kepiting,udah jerbung.Ada juga lobster air dalam jumlah banyak dan lobster batu dalam jumlah sedikit.Lobster batu jumlahnya sedikit dapat di sebabkan sulitnya penangkapan lobster tersebut dan harga jualnya pun di pasaran terlalu tinggi,memungkinkan penjualan tidak di lakukan di pasar ikan.Anggota filum mollusca yang di jual adalah cumi-cumi dan sotong,dalam jumlah banyak.Kemudian yang paling banyak (melimpah),yaitu filum chordata superclass Pisches.Berbagai jenis ikan di jual,ikan dalam jumlah banyak seperti ikan Dencis,tuna,kakap merah,bawal,ikan layur,ikan kutak laut,kakap putih,ikan banyar,ikan cue,ikan mata sebelah,ikan mata belo,dan ikan luto.Adapun jenis ikan di temukan banyak,yaitu ikan surong,nasi peda,kakap batu,ikan kakap 3 wajah,ikan baruna,gembung,tenggiri,kortuning,tongkol kacangan,ceblak,dan ikan cakalang.Dan jenis ikan yang di jual dalam jumlah sedikit ,yaitu ikan vihi,pari,semenyah,weja-weja,kakap belah,kakap hitam,kakap asin dan ikan giant travelling.Jika di buat perbandingan, Arthropoda : Mollusca : Chordata ( 7 : 3 : 33).Dari diagram juga dapat di lihat kemelimpahan anggota filum Chordata (ikan) pada pelelangan ikan pantai Baron.
Pengamatan yang terakhir,di lakukan di pantai Indrayanti.Di pantai ini,praktikan mengamati dan mengidentifikasi spesies apa saja yang ada di sana.Spesies-spesie yang berhasil di identifikasi yaitu spesies dari 4 filum,yaitu filum Porifera sebanyak 3 spesies,Mollusca sebanyak 7 spesies,Echinodermata sebanyak 1 spesies,dan Cnidaria sebanyak 2 spesies.Di lihat dari hasil tersebut,terlihat bahwa kelimpahan terbanyak pada filum Mollusca.Pada pengamatan dan identifikasi pantai Indryanti ini,pengamatan dan identifikasi kurang maksimal sebab pada saat pengamatan,gelombang air laut pada saat surut tetap besar.Sehingga menyulitkan praktikan untuk melakukan pengamatan dan identifikasi.
Berbagai jenis hewan yang di temukan,anggota dari berbagai filum di temukan.Dengan melakukan pengamatan ini,dapat di ketahui betapa besarnya peranan ekosistem dan keseimbangan fauna bagi kehidupan.Proses rantai makanan,peristiwa makan dan di makan,adanya saling ketergantungan,seperti insekta sebagai pollinator dan pemanfaatan jenis hewan sperti anggota filum mollusca yang cangkang nya dapat di gunakan sebagai pernak-pernik.dan yang tak kalah penting anggota superclass Pisches sebagai sumber makanan dan protein bagi manusia.














BAB V
KESIMPULAN

1.             Dengan melakukan pengamatan fauna di persawahan Piyungan,pantai Baron,dan pantai Indrayanti, praktikan dapat mengenal dan mengetahui anggota filum mana saja dan anggota class mana saja terdapat di wilyah persawahan dan pantai tersebut.
2.             Spesimen-spesimen yang di temukan di identifikasi anggota dari filum mana saja dan dibandingkan morfologi tubuhnya dan di sesuaikan berdasarkan ciri khas morfologi,sehingga dapat di tentukan spesiesnya.
3.             Berdasarkan hasil identifikasi,diketahui nama spesiesnya.Setelah diketahui nama spesiesnya,dapat di tentukan klasifikasinya seperti class dan ordo dari spesimen tersebut.
4.             Setelah di ketahui filum,class,ordo,genus,dan spesies dari masing-masing spesimen ,dapat terlihat jelas perbedaan morfologi nya.Filum mollusca di tandai dengan tubuhnya yang lunak,filum Arthropoda di tandai dengan tubuhnya yang berbuku-buku,filum Echonodermata di tandai dengan duri yang terdapat di seluruh bagian tubuhnya,dan lain-lain.
5.             Di persawahan Piyungan telah di lakukan penangkapan berbagai jenis anggota filum Arthropoda seperti ordo Odonatana (capung),ordo Matondea (belalang sembah),ordo Orthoptera (belalang),kemudian filum mollusca (Pila sp.), di pantai Indrayanti di lakukan penangkpan filum Echinodermata (landak laut).Anggota masing-masing filum yang di tangkap di buat awetan kering dan awetan basah.Anggota filum Arthropoda di awetkan kering dan yang lainnya di buat awetan basah.








BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Dalam catatan pribadi penulis...